Senin, 02 September 2024

widya,kisah seorang ibu rumah tangga part 27 (END)

Setelah mendaki kenikmatan bersama bu Nonik, sesuai janji Evan pergi menjemput Nindi dari sekolahnya sehabis mengikuti kegiatan bimbingan tambahan untuk persiapan lomba baru yang akan diikutinya lagi dan jarak antara rumah bu Nonik demgan sekolah tempat Nindi menimba ilmu lumayan jauh. Walau dengan jarak yang lumayan dan juga membutuhkan waktu, tapi setelah Evan sampai di rumahnya lagi sosok mamahnya belum juga terlihat berada di dalam.


"Mamah belum pulang kayaknya"


Dalam hati Evan mulai menebak sebenarnya ke mana ibunya mengantarkan pesanan katering. Walau ada rasa bingung tapi Evan mencoba untuk memaklumi karna mamahnya juga sudah biasa mengantarkan langsung pesanan.


Terlepas dari hal itu, Evan kembali merasa aneh dengan mamahnya hari itu karna saat akan menelepon mamahnya soal rencana hari ini yang memang akan mengatur semua rencana pernikahan. Ya, mereka akan segera menikah, namun untuk tanggal serta bulan pastinya belum di tentukan dan karna hal itulah Alice serta Evan akan berdiskusi tapi mamahnya tak kunjung mengangkat telepon darinya, bahkan setelah mencoba untuk keempat kalinya hp mamahnya malah tak bisa di hubungi.


"ini mamah kemana sih? Kenapa mamah sampai ceroboh kaya gini, padahal kan hari ini harus temanin Evan buat ke rumah ayahnya Alice malah ngilang", gerutu Evan.


Akhirnya Evan memutuskan untuk menunggu sang mamah sampai jam satu siang, jika masuk jam 1 soang mamahnya masih belum pulang ataupun masih belum bisa di hubungi makan dengan terpaksa Evan akan pergi bersama Alice saja ke tempat calon mertuanya itu.



Sementara itu di tempat lain, orang yang tengah Evan tunggu kabarnya sedang berada di salah satu rumah di daerah perkampungan kumuh. Widya sedang terlentang di atas tanah dengan baju gamis yang ia pakai di singkap sampai sebatas perut memperlihatkan selangkangannya yang sudah di robek celana dalamnya dan pula terdapat seorang pria paruh baya tengah menjejalkan batang kontolnya.


"Ini tadi nemu pelacur yang memeknya gatal katanya mau di garuk pake kontol makanya saya bantuin. Ini Lonte lagi bunting", jawab pak Oman melecehkan Widya.

"wah bisa dong pak kita ikut icip-icip?"

"Boleh aja"

"Serius, pak?!", tanya mereka dengan sangat semangat.

"tapi harus bayar 500 kalo mau"

"yaelah kirain gratis, pak. Tapi segitu kemahalan lah, pak"


Awalnya pak Oman yang berbicara pada mereka berdua dalam posisi menggenjot Widya, kini ia hentikan genjotan keluar masuk kontolnya tapi masih terbenam di dalam sempitnya memek Widya. Widya terlentang di tanah dengan kedua kaki mengangkang seolah-olah sudah mempersilahkan pada kontol pak Oman untuk menikmatinya hanya bisa terdiam saat pak Oman kembali mengobrol dengan kedua teman anaknya itu.


"Ini kualitas premium, lu berdua bayar 500 itu sama aja lu berdua udah bisa ngerasain, tong. Kalian bayangin aja, pelacur yang emang pasang tarif gede aja belum tentu enak jepitannya"

"Kalo gitu kita coba sedikit. Anggap aja testimoni sebelum bayar, pak"

"mana bisa kaya gitu. Ada duit, ada barang"

"se-celup aja elah, pak"


Disaat sedang melakukan kegiatan layaknya tawar menawar, salah satu anak buah pak Oman berujar bahwa hp milik Widya bunyi. Menggunakan perintahnya, pak Oman menyuruh anak buahnya itu untuk mengambilkan tas Widya yang masih tertinggal di bagian depan rumah.


"ini ada telepon, kayaknya dari anaknya deh, pak soalnya ini namanya Cuma Anak Mamah"

"Biarin aja jangan diangkat ya, bu biar anaknya ga tau kalo mamahnya lagi mengangkang disini. Eh, apa bu Widya mau kasih tau anaknya kalo lagi main sama bapak? Hehehe....", Widya hanya memalingkan wajahnya mendengar ucapan pak Oman tersebut.


Tanpa mengangkat panggilan dan tanpa menjawab rengekan kedua mahasiswa tersebut, pak Oman menggerakkan kembali pinggulnya maju mundur menumbuk selangkangan Widya dengan ritme pelan sambil tangannya kini mulai menjamah kedua payudara Widya untuk pertama kalinya sejak sedari tadi dianggurkan tak di jamah sedikit pun dan kedua mahasiswa yang tak bukan lain adalah temannya Evan itu diketahui bernama Dimas dan Rey.


Karna gamis yang di pakai Widya tak ada kancingnya, pak Oman menggunting gamis area kedua payudara Widya sampai payudaranya yang sekal nan mulus yang masih terbungkus Bra hitamnya terlihat sangat menggairahkan. Tanpa membuang waktu lama, pak Oman juga menggunting Bra yang di pakai oleh Widya hingga putus seutuhnya alhasil kedua payudaranya meloncat dengan sangat indah memperlihatkan bentuknya.


"Mantap banget ini toket kaya jarang banget dimainin", ucapnya sambil meremas keras. Mendapatkan remasan keras seperti itu tak ayal membuat Widya mengerang.


Kini payudara Widya sudah terbuka dengan bebas. Pak Oman langsung mengulum bagian puting yang sedikit terlihat sudah menonjol itu, sedangkan satu tangannya lagi memilin-milin keras puting lainnya yang menganggur. Ia kulum dan ia pilin dengan sangat bernafsu sampai-sampai di setiap sedotan pak Oman, puting Widya sampai ikut tertarik dengan keras. Sadar akan pembicaraannya tari, pak Oman sambil mencumbu dan menikmati kedua buah dada Widya bersuara, "kalian beraninya bayar berapa?" kepada Dimas dan Rey.


"100, pak"

"Lu kita Lonte jalanan, Lonte depan aja pasang tarif paling rendah 150"

"Yaelah, pak kita Cuma ada duit segitu tolong maklumi lah kita kan mahasiswa, buat makan aja kadang Cuma pake mie instan"

"Gini aja, bapak bakal kasih harga spesial buat kalian berdua tapi naiki 50 lagi biar sama kaya Lonte depan jalan sana"

"Oke Deal, pak!", jawab keduanya dengan serempak.



POV WIDYA


Mendapatkan kata sepakat, Dimas dan Rey kulihat mulai menurunkan celananya sampai aku bisa melihat dati jarak yang jelas ini bahwa kontol keduanya sudah mengacung dengan gagah. Milik keduanya ku tafsirkan sama seperti milik pak Oman. Walau ukurannya terbilang normal tapi mau bagaimana pun seorang perempuan sepertiku ini di Setubuhi, dilihat dan di kelilingi oleh lebih dari satu kontol membuat hasratku kian bangkit. Jujur saja aku tadi merasa jijik, kurang nyaman dan aku sudah tak mau mengulangi seks keroyokan dengan pria yang tak ku kenal lagi. Semua perasaan itu bukan karna aku pura-pura tapi memang benar adanya. Lalu sekarang? Kenapa rasa jijik itu kian berubah menjadi rasa ketertarikan lagi. Aahhhh....sepertinya aku bisa terbawa arus syahwat lagi kalo begini.


Kulihat mereka berdua yang sudah mempertontonkan kontolnya mulai mendekat ke arahku yang sedang terlentang dengan kedua kakinya yang terbuka lebar tengah di genjot oleh pak Oman dan kedua payudaraku yang sudah terumbar ini sedang di remas olehnya.


Untuk Dimas dan Rey sendiri memosisikan selangkangannya di kedua sisi kepalaku. Rey langsung saja menggerakkan kontolnya untuk mengusap ke seluruh wajahku, sementara Dimas mengoleskan lubang kontolnya yang mulai basah itu di jilbabku, ia juga menuntun tanganku untuk mengelus biji pelir nya. Ini pelecehan dan bagi perempuan umum ini sungguh tak bisa di terima, tapi lagi-lagi aku mulai bisa di tarik dengan paksa oleh rangsangan-rangsangan kurang ajar ini dengan aku yang tak mencoba untuk melawannya, tapi sebisa mungkin diriku jangan terlalu memperlihatkan bahwa diriku menyukai apa yang mereka lakukan. Aku hanya jual mahal terlebih dulu.


Di saat aku sedang sibuk dengan pemikiran pribadiku ini, tiba-tiba Dimas yang sedang menggesekkan ujung kontolnya meracau, "Aaaakkkkhhh....mau keluar, sayang!". Dalam benakku berpikir bahwa Dimas ini sangat lemas sekali karna baru saja digesek sudah mau keluar. Dalam hati aku menertawainya.


CUUURRRR..... Kok keluarnya banyak banget? Kurasakan kepalaku disembur terus oleh cairan hangat dan baunya....astaga! ternyata tebakanku salah. Dimas bukan klimaks yang ia maksudkan, melainkan Dimas keluar karna ingin kencing dan anak itu kencing di kepalaku. Sialan! Kepala serta jilbabku sampai sangat basah oleh air kencingnya itu. Aku awalnya mengira di klimaks dan aku menertawainya dalam hati, justru sekarang Dimas lah yang menertawakanku. berhenti mencumbu payudaraku dan kini tangannya mulai turun ke area selangkanganku. Oh tidak. "jangan!", kataku dengan menutupi area bawahku dengan telapak tangan.


"malah di kencingi", ujar Rey yang tengah menampar-tamparkan kontolnya di wajahku.

"kebelet gue", jawabnya dengan sangat enteng sambil meraih wajahku untuk menghadap ke arah selangkangannya. Tanpa permisi Dimas memasukkan kontolnya ke dalam mulutku yang masih menyemburkan air kencingnya itu hingga mulutku mulai terisi penuh oleh kencingnya.


Saat di mainkan oleh pria, entah itu sendirian atau beramai-ramai dengan cara yang kasar tapi baru kali ini ada yang mengencingiku. Karna baru pertama kalinya aku sungguh sangat merasa mual ingin muntah tapi oleh Dima kepalaku di tahan agar menekan dalam ke pangkal selangkangannya serta memencet hidungku. Menggunakan cara tersebut akhirnya yang bisa aku lakukan hanya menelan semua air kencingnya supaya aku bisa cepat terbebas.


"ayo minum kencingku sayang. Minum yang banyak. Hahahaha....gue dah bayar soalnya", tenggak demi tenggak aku memasukkan cairan kencingnya ke dalam lambungku.

"woy! Bayar 150 aja pake kencingi segala lu", tegur pak Oman yang tengah memaju mundurkan kontolnya menumbuk memekku ini.

"Yaelah, pak saya kan udah bayar"

"Jadi....jadi lu bayar segitu mau kencingi aja?"

"Ga lah, lubang lainnya juga saya mau. Kan paket komplit. Hehehe...."

"ga mau tau, lu harus tambah nanti bayarannya"


Terasa sekali kontol Dimas masuk dalam sampai tenggorokanku ini. Mengingat situasi sepertinya aku tak bisa berbuat apa-apa lagi dan jalan satu-satunya yang harus aku pilih hanya menerima dan menikmatinya. Toh aku juga mulai menyukai lagi seks keroyokan dan juga Evan tak tau. Biarlah aku menjadi sosok mamah yang buruk, lagi pula Evan sudah menganggapku budaknya dan biarlah aku menjadi apa yang ia inginkan. Bukankah anakku Evan mempunyai fantasi diriku di Setubuhi orang lain dan sekarang aku akan melakukannya tapi maaf saja nak, mamah mewujudkan fantasimu ini tanpa kamu ketahui.


Setelah selesai mengencingi mulutku, Dimas melepas narik kontolnya itu yang tadinya menegang dengan gagah kini sedikit mulai layu akibat kencingnya tadi. Tapi itu tak lama karna Dimas kembali memainkan kontolnya dengan kocokkan tangannya sendiri sampai kembali menegang dengan sempurna.


Semenjak Dimas mencabut kontolnya, mulutku kembali terisi oleh batang kontol Rey dan dia menikmati mulutku dengan nafsu yang membara. Untuk kedua kalinya mulutku harus menerima batang-batang tersebut dan hanya bisa diam sambil mencoba untuk masuk ke dalam menikmatinya. Sementara kulihat ketiga anak buah pak Oman hanya berdiri diam menonton ku yang sedang di garap oleh bosnya dan juga oleh kedua mahasiswa ini. Walau hanya berdiam diri seperti itu aku yakin mereka bertiga juga sangat bernafsu melihatku hanya saja mereka tak berani karna pak Oman belum memberikan mereka izin.


"Kayaknya enak banget ya, pak?", tanya anak buah pak Oman


"Ssshhhhh....gila!!! Sempit banget ini memek. Lu bertiga pada kepingin juga?"

"Wah kalo di tanya kaya gitu sih jelas kita mau, pak"

"karna kalian bertiga udah kerja sama gue lama... gue kasih bonus lah buat kalian. Kalian tak ijinin buat pake bu Widya juga gratis, tapi nanti. Setelah gue pake pantatnya, lu bertiga juga tak ijinin buat make semua lubangnya ini. Bu Widya juga pasti bakal suka kok. Iya ga, bu?", sambil menghentak-hentakan kontolnya dengan kuat ke selangkanganku.


Gila aku benar-benar bakal di keroyok lagi sama kontol. Mengingat bagaimana diriku beberapa kali mengalami hal semacam itu, aku merasakan bahwa darah birahiku semakin terbakar membayangkan bagaimana lubang-lubangku yang sempit ini bakal di isi dengan kontol mereka semua. Membayangkannya saja sudah membuat dadaku semakin memburu. Apalagi saat mendengar kalimat-kalimat kasar mereka yang melecehkanku ini, rasanya sungguh kangen mendapatkan perlakuan seperti Pelacur. Aku suka? Bukanlah aku sudah pernah bilang dulu kalo aku memang mulai suka di lecehkan dengan perkataan maupun tindakan.


"Nanti gue pake memeknya duluan ya"

"Ga bisa, gue dulu lah, lu pake Pantatnya aja ntar"

"Hilih, lu berdua ngalah aja napa. Pantatnya biar gue yang hajar nanti", aku mendengar dengan jelas perdebatan ketika anak buah pak Oman itu tentang bagaimana menikmatiku nanti.


PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!! Sementara itu pak Oman tak menggubris perdebatan ketiga anak buahnya itu dengan terus saja mengacak-acak selangkanganku dengan kontolnya.


Bukan bermaksud memberikan kasta, tapi pak Oman yang statusnya lebih rendah dariku ini menggenjot dengan ritme semi cepat. Aku yang merasakan laju kontolnya menggesek dinding memekku menjadi tak kuasa untuk tak mengeluarkan suara. Desahan mulai aku keluarkan dari sela mulutku yang terisi oleh kontol Rey. Di genjot serta di perlakukan kasar seperti ini tak sepenuhnya membuatku tersiksa akan rasa sakit tapi tersiksa untuk kenikmatan iya.


"Aaaakkkkhhh....Aaaakkkkhhh.... untung saja bu Widya kesini, kalo tidak bapak ga nakal bisa rasain memek se-enak memek bu Widya ini. Aaakkkkhhhhss....", racau pak Oman tengah menikmati genjotannya.

"Kocok aja dulu tuh kontol kalo ga tahan", sambung pak Oman pada ketiga anak buahnya.


Mendapat ijin dari bos nya, ketiga pria tersebut langsung mengeluarkan serta memainkan kontolnya masing-masing sambil menatapku yang sedang di garap ini. Mungkin Dimas bisan dengan aktivitasnya, ia kini beralih pada kedua payudaraku yang sudah tak di remas oleh pak Oman lagi. Di caploknya kedua putingku secara bergantian sambil ia remas secara kasar. Di hadapan mereka memang benar aku sudah seperti Pelacur yang dengan bebas bisa mereka nikmati sesukanya. Biarlah Pelacur yang penting enak.


Kakinya yang tadi di mengangkang kini di rapatkan oleh pak Oman dan ditindih oleh badannya sehingga kakiku kini tertekan oleh dadanya. Hal itu membuat aktivitas Dimas yang sedang menikmati payudaraku merasa terganggu. Sontak saja Dimas memprotes apa yang dilakukan oleh pak Oman sehingga pak Oman mengalah dan kembali menggenjotku seperti semula hanya saja kakiku kini di sampirkan di kedua bahunya. Dalam posisi seperti ini Ia genjot tubuhku yang tak berdaya dengan hentakan-hentakan keras. Setiap hentakkan yang ku dapatkan selali sukses membuatku melepaskan desahan, "Eeggghhhh....Eeggghhhh..."


Di halaman belakang rumah kumuh yang baru pertama kali ku singgahi ini, tubuhku yang terawat ini terus saja digenjot dengan penuh tenaga oleh tuan rumah. Putingku yang menjadi sasaran mulut Dimas selalu saja di beri hadiah berupa gigitan-gigitan kecil dan hal itu membuatku semakin belingsatan. Belum lagi tangannya yang meremas payudaraku dengan sangat gemas. Mungkin jika dilihat payudaraku yang tengah Dimas remas itu sampai terlihat seperti balon yang diisi air.


Mulutku masih harus menerima setiap sodokan kontol Rey. Setelah beberapa menit menggenjot mulutku, Rey terlihat ingin mencoba hal yang lainnya. Ia lepaskan batang kontolnya dan langsung saja ia lumat bibirku dengan rakus, bahkan air liurku yang sedikit berubah menjadi busa karna kocokkan kontolnya tadi ikut terlumat. Lidahnya mengajakku untuk bermain dan karna aku yang memang sudah tak tahan pula oleh setiap rangsangan yang datang, aku coba untuk membalas gerakan lidahnya dengan perlahan sampai lidah kami benar-benar saling melilit di dalam mulutku.


Terasa pula saat lidah kami bersatu, Rey sempat-sempatnya beberapa kali memberiku ludahnya untuk di campur dengan ludahku sampai sudah tercampur barulah Rey menyuruhku untuk menelannya sampai habis dan hal itu ia lakukan terus beberapa kali. Padahal dulu aku seperti orang pada umumnya yang tak mau memakai gelas bekas orang lain tapi sekarang justru aku malah lebih gila lagi karna dengan secara langsung aku menelan dan menyambut setiap ludah Rey yang masuk ke dalam mulutku ini.


"pintar, nanti giliran peju gue yang harus lu telan ya", dengan sadarnya aku malah mengangguk mengiyakan ucapannya itu. Akkkkhhhh!!!! Biaralah!!!


Dari posisi terlentang, kini tubuhku digeser untuk sedikit miring dan masih dalam posisi kontol pak Oman di dalam memekku, aku kembali di genjot dari belakang dengan gaya menyamping menghadap pintu masuk ke arah halaman belakang ini. Payudaraku yang menggantung, kontol pak Oman yang keluar masuk di memekku kini bisa dilihat dengan sempurna oleh kelima pria lainnya yang terlihat sedang mengocok pelan kontolnya.


Melihat pemandangan seperti itu salah satu anak buah pak Oman maju lalu membisikan sesuatu padanya. Aku tak mendengar dan aku tak bisa mengetahui apakah pak Oman mengangguk atau tidak. Yang ku ketahui hanya pria tersebut meninggalkan kami ke depan rumah dan ia berjalan masih dengan kontolnya yang mengacung dengan tegak. Entah apa yang dipikirkan orang itu, bagaimana jika ada warga lain yang melihatnya, apakah orang itu akan di bawa masuk oleh pria tersebut dan pada akhirnya aku yang harus kena imbasnya dengan mengizinkan orang yang melihat akan ikut meminta jatahnya. Kan gila!


Selangkanganku masih saja di genjot dengan keras dan bertenaga oleh pak Oman. Anak buah Oman juga terlihat kembali, syukurlah ia kembali tanpa membawa siapa-siapa. Memang bukan orang yang ia bawa tapi ia membawa lilin yang ku ketahui tadi berada di depan untuk peralatan kerja mereka memilah sampah. Perasanku menjadi tak enak karna pria tersebut menyalakan lilinnya dan setelah dirasa cukup, ia mendekat ke arahku dan, "TES!!! TES!!! TES!!!".


"AAAKKKHHH!!!! PANAS!!!", erangku ketika kedua payudaraku yang menggantung bebas ini di tetesi oleh cairan panas lilin yang mencair dan itu lilin putih biasa.

"HENTIKAN! TOLONG HENTIKAN, PAK. AAAKKKHHHH!!!! PANASSSSHHHHHH....EEEGGHHHH....EEEGGGHHHH....", racauku merasakan panas sambil selangkanganku yang tak ada hentinya di genjot oleh pak Oman.


"Sudah, bu nikmati saja. Sssshhhhh.... Saya tau kalo ibu ini suka kan di kasarin kaya gini. Buktinya aja kontol saya makin di pijat keras sama memek ibu. Aaakkkhhsssss....terus kasih itu lilin ke toketnya biar kontol gue di remas makin kuat. Sssshhhhh....nikmatnya, bu memekmu iniiihhhh...."


"AAAKKKHHHH....AAKKKKHHHH....AMUPUN, PAK. AMPUUNNN....SSSHHHH....OOOUUUGGGHHHH..."

"Bu Widya boleh aja mendesah tapi ibu yakin sekeras itu? Kalo yang lain tau, ibu bisa digilir puluhan orang loh. Apa bu Widya ini memang berharap memeknya di genjot banyak kontol?", ucap pak Oman dan sial aku sampai lepas kontrol karna rasa sakit dan nikmat yang datang secara barengan ini.

"Ga! Ga mau, pak", aku menggeleng kasar.


Dalam posisi tubuhku menyamping dan di genjot dari belakang kurasakan gerakan pak Oman makin terasa menyesatkan pikiranku. Ia gerakkan pantatnya maju mundur menumbuk selangkanganku dengan kasar sampai kedua payudaraku yang terdapat cairan lilin mengering mulai berjatuhan karna gerakan payudaraku yang ikut bergoyang mengikuti sodokan kontol pak Oman. Nafasku sudah tak bisa ku kontrol, deru nafas yang keluar sudah seperti aku baru saja menyelesaikan lomba maraton jarak jauh.


SPLOK!!! SPLOK!!! SPLOK!!! Bunyi benturan kontol pak Oman di memekku terdengar sangat nikmat akibat memekku yang makin basah.


Diriku yang tiduran menyamping di atas tanah ini hanya bisa terlonjak menerima sodokan mantap pak Oman di selangkanganku. Disini aku masih memakai jilbab. Walau di kepalaku masih melekat sebuah jilbab yang basah karna sempat di kencingi oleh Dimas tadi tak membuat pak Oman kesusahan atau jijik. Ia tarik rambutku yang diikat di dalam jilbab ini, alhasil kepalaku mendongak tertarik ke belakang.


Mulutku terbuka mengeluarkan desahan dan Rey yang menonton menghampiriku dan mengambil alih kepalaku dari jambakan pak Oman. Rey menamparkan dan mengusapkan kontolnya ke seluruh wajah dan juga menggesekkannya di jilbabku ini. Di saat berada di wajahku ini, aku rasakan ada cairan sedikit panas kekar dari lubang kontolnya. Cairan tersebut bukanlah peju karna lebih cair seperti air. Dari sini aku tau apa yang akan Rey lakukan padaku.


"Buka mulutku, bu. Gue pengen pake WC baru gue", seperti dugaanku bahwa aku akan dikencingi lagi.


Masuknya kontol Rey, Rey langsung mengeluarkan air kencingnya dengan deras dan banyak memenuhi mulutku dan seperti sebelumnya aku harus menelannya sampai habis tak tersisa. Saat sedang kencing di dalam mulutku, Rey sambil menggerakkan kontolnya maju mundur. Mual karna rasa, bau kencing dan juga mual karna kontolnya yang keluar masuk di mulutku mengenai tenggorokan.


Disaat mulutku haris menampung dan menelan kencing Rey, pak Oman tanpa ampun menambah ritme kecepatannya hingga mencapai kecepatan maksimal. Selesainya Rey merendahkan harga diriku, pak Oman mencabut kontolnya dengan cepat lalu baju gamisku ini ia tarik hingga robek sehingga kini aku telah telanjang bulat di tengah kelima pria yang baru ku jumpai ini. Setelah tubuhku di kupas sampai memperlihatkan tubuh sintalku ini, tubuhku di balikkan untuk berposisi menungging dan, "BLES!!!". Kembali pak Oman menusuk memekku dengan keras memasuki lubang sempitku ini yang membuat orang-orang selalu ketagihan untuk menggagahiku secara rutin.


PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!!


PLAK!!! PLAK!!! PLAK!!!


Dalam posisi menungging seperti ini aku digenjot dengan kasar dan kedua pantatku di tampar secara bergantian oleh tangan kasar pak Oman. Perlakuan seperti itu tak ayal membuatku makin mendesah. Sementara Rey memasukkan kontolnya kembali ke mulutku lalu ia genjot dengan nikmatnya. Di dalam posisi seperti ini aku tiba-tiba terlintas sosok ibu dan ayahku di rumah. Bagaimana jika mereka tau anak perempuannya kini tengah menerima sodokan-sodokan dari pria lain dan bagaimana perasaan mereka saat anak perempuan yang mereka sayangi dan di besarkan dengan penuh kasih sayang tanpa pernah membentak, kini malah sedang di lecehkan serta di injak harga dirinya.


"helaan-helaan, pagghhh....Eeggghhhh....hhaamppunn...", selaku tak jelas karna mulutku di isi oleh kontol.

"halah, bilang aja bu Widya suka di genjot kasar kaya gini. Ngaku aja deh, bu", aku menggeleng.

"Yakin ibu ga suka?", aku kembali menggeleng dengan mulutku masih terjejal oleh kontol Rey.


Jawabanku ini justru membuat pak Oman malah menarik lepas kontolnya sehingga membuat kekosongan di dalam lubang peranakanku ini. Kontol Rey terlepas dan aku menatap sayu ke belakang mencoba memberitahu lewat raut wajahku ini kenapa ia cabut. Melihat ekspresi yang aku tunjukan ini pak Oman berucap, "ngapain liat-liat? Katanya ga suka saya entotin. Kalo bu Widya memang ga suka, saya bakal kasih ibu kesempatan buat pergi dari sini". Sebenarnya inilah yang aku mau dari awal tapi karna sudah mulai menikmatinya aku malahan menjadi bingung sehingga aku hanya terdiam.


Saat aku diam, pak Oman malah akan memakai kembali celananya. Aku yang melihat pun kaget dan makin bingung apa yang harus aku lakukan. Hingga diriku yang sudah tak tahan ini memaksakan diri untuk melepaskan rasa malu berserta dengan harga diri ini untuk apa yang aku inginkan.


"pak...", panggilku lirih. Dia menatapku.

"Ma—masukin lagi, pak"

"apanya?"

"....kontol bapak"

"Kemana? Yang jelas dong kalo minta", sial! Aku di permainkan.

"tolong masukin lagi kontol bapak ke memek saya. Saya kepingin, pak", suara gelak tawa langsung terdengar membuat telingaku memanas. Aku yang memang sudah tak tahan dengan ketanggungan ini dan tak tahan lagi akan suara tawa mereka berujar dengan tegas.


"Sudahlah, pak! Kalo bapak mau entotin saya, entotin sekarang. Gara-gara bapak memek saya jadi gatal kaya gini dan bapak harus tanggung jawab buat garukin pake kontol bapak itu", biarlah aku di cap binal, tak tau malu ataupun Pelacur murahan. Biarlah!


"wah-wah lihat ini, tadi yang sok jual mahal layaknya di perkosa sekarang sifat Pelacurnya keluar. Hahahaha....bu Widya sendiri yang minta ya jadi jangan menyesal kalo nanti sampai bu Widya lemas kita genjotin"

"Ga usah banyak omong, pak! Buktikan!", tantangku.

"Oke, dasar Pelacur ga tau diri!"


PLAK!!! Payudaraku di tampar olehnya dan dengan kasar ia menyuruhku untuk mendekat.


"bersihin kontol bapak sekarang pake mulut serta lidah binalmu itu, bu!", aku merangkak ke selangkangannya dan menarik celananya hingga terlepas kembali. Setelahnya ku masukan ke dalam mulut dan ku maju mundurkan kepalaku ini sambil di kombinasikan sesekali dengan berganti menjilati biji pelirnya. Dalam tahap ini aku kerahkan semua yang aku bisa supaya pria brengsek ini bisa aku patahkan omongannya itu. Dengan ku kulum menggunakan mulut, aku juga melakukan gerakan memelintir m, memutar kontolnya dengan tanganku ini.


"aaakkkhhsssss.....sialan, jago banget ternyata. Udah biasa ini mah namanya. Sssshhhhh.....", racaunya.


SLURP!!! SLURP!!! SLURP!!!


"Ooouuugghhh... Memang top banget mulutmu, bu. Ssshhhhh... sedotannya kenceng. Mulutmu memang cocok buat sedot kontol sama peju. Aaakkkhhsssss.....", racau pak Oman kubuat keenakan dengan mata yang merem melek.


Dalam kuluman ku ini, aku lepaskan sejenak dan lubang kencingnya aku jilati serta ku tekan dengan ujung lidahku dimana membuat pak Oman merasakan kegelian bercampur nikmat. Di tambah lagi aku melakukannya sambil tanganku meremas pelan dan juga kadang ku pindahkan mulutku ini untuk menggigit pelan biji pelirnya. Melihatku begitu liar ini membuat Dimas sepertinya tak tahan. Dari belakang aku di peluk olehnya dan kedua tangannya itu meremas payudaraku dengan lumayan keras sementara batang kontolnya yang mengacung sempurna ku rasakan menempel di punggung bawah.


Mendapat rangsangan nikmat dari mulut serta lidahku ini membuat pak Oman tersiksa dengan kini ia mulai melakukan gerakan pinggulnya maju mundur dan gerakan bertambah kencang dan cepat di tiap sodokan kontolnya ke dalam mulutku ini. Sekali-sekali pak Oman memegang bagian belakang kepalaku dan ia gunakan untuk menekan masuk kepalaku ke selangkangannya sampai ujung kepala jamurnya menyentuh tenggorokanku. Mulut ini yang wajarnya di gunakan untuk makan, minum sekarang harus di gunakan untuk memuaskan sebuah kontol pria lain.


"MAKAN NIH KONTOL BAPAK, LONTE!!! MAKAN SEMUANYA!!", padahal sudah mentok masuk semuanya tapi pak Oman masih saja menekan kepalaku sehingga membuatmu kehabisan nafas. Mataku berair dan pastinya wajahku juga memerah akibatnya.


Cukup lama aku harus berada di posisi seperti itu hingga akhirnya pak Oman melepaskan dan aku bisa bernafas dengan bebas lagi. Nafasku sungguh tak beraturan dan cairan ludah kentalku terus saja me galir keluar dari mulut menetes ke tanah dan juga kedua paha mulusku ini. Di saat aku sedang mengatur nafasku, pak Oman meraih ujung jilbab ku ini dan ia gunakan untuk mengelap kering kontolnya yang basah oleh ludah.


"ayo nungging, bu. Saya pengen hajar memeknya dari belakang mirip Kuda Binal", walau nafasku belum kembali pada ritme normalnya, aku tetap memosisikan tubuhku untuk menungging dengan memperlihatkan rekahan selangkanganku ini di depan keempat pria disana. Sementara bagian wajahku tepat berada di depan selangkangan Dimas.


Kurasakan kepala jamurnya menempel di bibir memekku dan secara perlahan pak Oman mulai mendorong masuk dan membelah memek sempitku ini dengan kontol....biasanya itu. Sedikit demi sedikit batang kontolnya masuk hingga akhirnya di telan habis oleh lubang peranakanku ini. Lubang yang bisa membuat pria lupa daratan dan akan betah untuk tetap singgah.


Disaat diriku melenguh, Dimas menggunakan kesempatannya untuk menyumpal mulutku ini dengan batang kontolnya sehingga kini bisa terlihat dengan jelas aku yang telanjang bulat ini di serang dari belakang depan oleh mereka berdua. Sambil menampar kedua pantatku lagi, pak Oman menggerakkan maju mundur pinggulnya.


Walau ukurannya tak membuatku berkata WOW tapi entah kenapa sensasi yang aku rasakan terasa sangat mengenakan. Atau mungkin karna dirimu yang melihat Dimas dan Rey disini yang aku bayangkan adalah Evan? Karna dari semua pria yang pernah menikmati tubuhku ini hanya anak kandungku sendirilah yang mampu membuatmu benar-benar serasa di terbangkan oleh kenikmatan. Entah anak itu mempunyai nafsu dan kontol senikmat itu darimana, soalnya almarhum suamiku saja ukurannya sama seperti milik pak Oman dan nafsunya juga cenderung datar.


PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!!


"Akkkhhhh....akkkkhhhh...terus, pak. Tteruuuss.....ssshhhhh...."

"Keenakan juga kamu, bu. Ssshhhhh....hari ini bu Widya bakal saya kasih kontolku ini. Sssshhhhh....terima kasihlah sama saya karna saya mau buat nanti mandiin bayi ibu di dalam sana sama peju"

"iya, pak. Mandikan bayi saya dengan penu bapak. Aaakkkkhhhhss.....anak saya bakal senang bisa dapat protein yang banyak. Terusss....terus, pak"


Mendengar racauan yang ku lontarkan ini membuat pak Oman semakin bersemangat untuk mendaki kenikmatan atas tubuhku ini. Dengan ritme genjotan yang bernafsu, pak Oman terus saja menyodok memekku serta kedua pundakku ini dipegang dengan erat olehnya dari belakang sehingga membuat tubuhku terangkat serta melengkung ke belakang membusungkan kedua payudaraku di depan Dimas.


Apa yang tersaji di depan Dimas ini membuatnya gemas. Kontolnya yang mengacung tegak terlepas dari mulutku ini. Tak mau dilewatkan, Dimas menggesekkan serta menamparkan kontolnya di kedua payudaraku dengan nafasnya yang memburu. Tak sabar pula Dimas tiduran dibawahku dan melumat putingku dari bawah. Aku sadar dengan posisiku kali ini dimana aku sudah seperti sapi betina yang sedang di gagahi eh pejantannya sedangkan dimasa di bawah sebagai pemilik peternakan yang sedang memeras air susuku.


SLURP!!! SLURP!!! SLURP!!!


"Enak banget susunya, pak. Lembut, kenyal bikin gemas banget", ucap Dimas mengomentari payudaraku.


PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!!


"jangan kaget lu ntar kalo rasain memeknya", ujar pak Oman.

"seenak itu kah, pak?"

"pastinya. Kalo lu belum terbiasa ngentot, balak jamin lu bakalan cepet Crot deh kalo udah di jepit memeknya ini. Sssshhhhh....."

"Masa sih, pak? Bapak bilang bu Widya ini Pelacur, masa benar-benar masih gigit banget"

"seperti yang bapak bilang tadi kalo bu Widya ini bini orang dan buat omongan bapak tadi sebenarnya bu Widya ini bukan Pelacur. Hanya sifatnya saja yang memang kaya gitu. Benar ga, bu?", aku tak menjawabnya.


Bunyi seruput lumatan, bunyi kulit selangkangan saling beradu dan percakapan melecehkan terdengar saling menyahut satu sama lain membuat sebuah komposisi suara yang sangat erotis untuk di tangkap oleh pendengaran.


"Aaaakkkkhhh....Aakkkhhhh....oowwsshhhh....", desahku.


Gerakan pak Oman masih saja di ritme yang seimbang dan tangannya mencengkeram kedua sisi pinggulku untuk ia gunakan membuat tubuhku menyambut setiap sodokannya agak lebih masuk ke dalam. Setiap desahan nikmat dan racauan melecehkan dari pak Oman membuatku makin melayang. Begitu juga sebaliknya denganku saat mendesah serta mengerang nikmat menerima sodokannya serta permainan Dimas di payudaraku membuat pak Oman makin beringas menghajar selangkanganku ini.


Dalam genjotannya, pak Oman menyuruh salah satu anak buahnya untuk mengambilkan minyak goreng dan aku tau apa yang akan ia lakukan dengan minyak goreng tersebut. Apalagi kalo bukan untuk pelicin di lubang pantatku. Pak Oman cabut kontolnya, kemudian ia ludahi lubang pantatku beberapa kali. Disini ia mencoba pertama dengan memasukkan satu jarinya, setelah serasa lancar, pak Oman menambahkan lagi menjadi dua jari dan di gerakan dua jari itu kubang pantatku mulai bisa dibuka sedikit. Saat di coba untuk dibuka, pak Oman menuangkan minyak goreng tersebut ke dalam lubang pantatku dengan sangat banyak. Ia tak tahu bahwa lubang pantatku juga sudah tak perawan lagi.


"beruntungnya gue bisa perawani pantat bini orang. Udah gitu mulus banget lagi ini lubang. Makin ngaceng aja bapak liatnya, bu. Hehehe....", ucapnya sambil mengocok lubang pantatku dengan dua jarinya.

"Aaakkhhhhhssss....paakkk...."

"kenapa, bu? Pantatnya gatal ya pengen cepet-cepet saya kontolin? Sabar ya, bu saya longgarin sedikit biar ha sobek pantatnya. hehehe..."


"Apanya yang sobek? Memang kontolmu sebesar itu. Kontol anakku yang jauh lebih besar aja bisa muat di situ", ucapku membatin.


Kini dengan perlahan pak Oman mulai menjejali lubang pantatku ini dengan kontolnya. Seperti yang pernah aku bilang bahwa pantatku memang sudah tak perawan dan Evan juga beberapa kali menggunakannya hanya saja sangat jarang sehingga membuat lubang tersebut kembali menyempit seperti sedia kala. Hal itu membuat pak Oman merasa kesusahan saat mencoba penetrasinya. Karna susahnya tersebut pak Oman tak sadar dan masih mengira bahwa dirinyalah yang baru pertama kali akan menjebol pantatku ini.


"aaakkkhhsssss....susah banget, benar-benar beruntung bisa jebol pantat bini orang model bu Widya ini. Sebagai tanda terima kasih bapak, bapak bakalan kasih bu Widya peju saya beserta bonus lainnya"

"Eeggghhhh....bonus apa, pak?"

"kontol. Bu Widya lihat kan disini ada lima kontol yang menganggur. Nah nanti kelima kontol itu bakal bapak kasih sebagai bonusnya. Hehehe....di jamin deh, bu Widya bakal kenyang kontol sama peju hari ini"


Gagal dalam beberapa percobaan membuat pak Oman kesal. Dengan paksa ia masukan tiga jarinya dan astaga, pantatku di fisting olehnya. Menggunakan jari jelas saja membuatku mengerang perih sampai lubangmu sedikit lebih lebar lagi bisa ia renggangkan. Habis itu barulah tanpa terlalu susah pak Oman bisa melesakkan batang kontolnya ke dalam lubang pantatku.


"Aaakkkhhhh....sempit banget pantatmu, bu. Sampe kontolku sedikit sakit loh ini. Ssshhhh.....bu Widya ini memang benar-benar bini idaman banget. Badannya bagus, putih mulus. Memeknya rapat, pantatnya juga lebih rapat lagi. Bini idaman buat di kontolin memang. Sssshhhhh....", ucapnya dengan mulai menggenjot pantatku.

"Aaakkhhhhhssss....pelan-pelan dulu, pak"

"gini maksudmu, bu?"


PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!! Sialan pak Oman malah menggenjot pantatku dengan cepat. Aku kembali bisa merasakan rasanya di sodomi lagi. Rasa sakit, pering dan juga nikmat kini mengalir di tubuhku lagi membuat darahku memanas.


"Pellannnn....pelan, pakk!!! Aaakkkhhhh....akkkkhhhh....."

"bini Lonte kaya ibu ini memang harusnya di kasarin, bu. Sssshhhhh....biar lakimu juga tau kalo ada orang lain yang pake bininya. Oouugghhhssss....nikmatnya, bu"

"lakinya pasti kenyang banget tuh dapat bini bu Widya, pak", ucap Dimas dari bawah payudaraku.

"ga...Aaakkhhhhhssss...su–suami saya sudah meninggal lama", akibat rasa mengenakkan ini alu sampai keceplosan. Mungkin karna kaget dengan apa yang aku bilang ini, pak Oman langsung berhenti menggerakkan pingulnya.


"Maksud bu Widya apa? Jika lakimu sudah meninggal kenapa sekarang bisa hamil? Sekarang jawab, bu!", aku merutuk diriku sendiri tentang masalah keceplosanku ini.

"Jika bu Widya ga mau jujur. Saya bakal buat ibu ga bisa pulang ke rumah lagi dan bu Widya bakal kita jadikan budak di sini. JAWAB, LONTE!!!!!!"


Apa yang harus aku ucapkan? Aku memang menikmatinya tapi aku juga tak mau menjadi budak seks terus terusan di tempat ini. Apakah aku harus menjawabnya dengan jujur? Tapi Dimas dan Rey itu teman anakku sementara pak Oman juga tau anakku. Aku sungguh di buat dilema disini.


"panggil orang-orang sebanyak mungkin kesini. Kita hajar ini Lonte rame-rame!!", ucap pak Oman kepada ketiga anak buahnya. Aku yang mendengarnya sangat kaget dan berusaha untuk mencegahnya.

"Tolong!!! Tolong jangan lakukan itu, saya mohon", bada ucapanku bergetar karna tak bisa membayangkan jika diriku digilir banyak pria yang mungkin jumlahnya bisa puluhan orang. Aku tak mau hal itu terjadi.

"makanya jika bu Widya ga mau, ibu hanya perlu jujur"


Dengan menghela nafas panjang dan menyiapkan diri, aku mencoba untuk menjawab jujur tentang kehamilanku ini. Dengan gamblang kepada semua orang yang ada tempat ini bahwa aku hamil oleh anakku sendiri. Tentu saja apa yang aku jelaskan ini membuat keenam pria tersebut terlihat kaget namun tak lama tersenyum kepadaku.


"anakmu? Wah, bu Widya ini benar-benar murahan ya sampai-sampai kontol anak sendiri aja mau di tampung sama memekmu"

"Tapi tunggu, jika anakmu sudah bisa bikin ibunya hamil berarti anakmu sudah bukan anak kecil lagi dong, bu?", aku mengangguk.

"Jelaskan!", ucapnya singkat.


"anakku sudah 20 tahun, pak umurnya dan anakku ini.... ", Ucapku menggantung sambil ku pandang Dimas yang ada di bawahku dan Rey yang menontonku sambil mengocok pelan kontolnya.

"teman kalian", sambungku. Sontak saja semuanya kembali dibuat kaget akan pengakuanku, terlebih lagi Dimas dan Rey.


Dimas yang berada di bawahku langsung bangkit dan mencekiku. Walau tak keras tapi yang namanya mencekik tetap saja membuat korbannya merasa susah untuk bernafas.


"siapa anak lu itu?!"

"E—Evan...", Jawabku dengan terbata.

"Anak yang ikut kelompok lu berdua?", tanya pak Oman.

"kita hajar langsung ini Lonte, pak!!"

"yaudah lah, yang penting kita sudah tau siapa yang buat bu Widya hamil dan anak itu ternyata anaknya sendiri, si Evan. Bapak masih pengen hajar pantatnya, lu pake aja memeknya kita hajar barengan"


Dimas mengambil beberapa kardus yang terserak di dekat kamu untuk alasnya tiduran. Sementara pak Oman menyuruhku untuk menaiki tubuh Dimas tanpa melepaskan kontolnya yang masih terbenam di pantatku ini.


Diarahkannya ujung kontol Dimas ke lubang memekku dan secara perlahan aku disuruh untuk menurunkan tubuhku sampai semua batangnya tertelan habis masuk ke dalam. Pemandangan yang terjadi sekarang aku tengah di Sandwich oleh mereka berdua. Pak Oman pantat sedangkan Dimas memekku. Kedua lubangku kini terasa menjadi gatal karenanya.


"Aaakkhhhhhssss....gila, pak ternyata memek ibunya si Evan memang mantap banget. Sssshhhhh... Anjing banget si Evan punya ibu Lonte kaya gini di embat sendirian. Udah gitu sampe bunting lagi"


Dengan meremas payudaraku Dimas mulai menggerakkan kontolnya dan hal yang sama juga di lakukan oleh pak Oman. Kedua lubangku diisi dan diserang secara bersama-sama membuatku belingsatan kembali. Racauan serta desahanku meluncur dengan sangat jelas dan tanpa mendapatkan perintah pula Rey maju ke hadapanku sambil menyodorkan kontolnya di depan wajahku. Aku yang tau maksudnya langsung saya melahapnya dan ku kulum menggunakan mulut ini. Aroma khas dari selangkangan pria menyerbak ke hidungku dengan sangat tajam. Rambut kemaluannya yang hitam lebat itu mengusap bibir dan hidungku.


"gimana rasa kontolku, bu?", tanya Rey.

"Heennaakkk....", jawabku dengan sibuk menahan desahan karna nikmatnya kedua lubangku di hajar oleh dua kontol.

"andai saja gue tau kalo ibunya Evan binal kaya gini mah udah dari dulu gue main ke rumah. Ga usah nunggu keberuntungan ini pasti gue udah jadikan memek ibu sebagai sarung kontol sama tempat buang peju"


Sambil menyodokkan kontolnya di mulutku dan meracau melecehkan, Rey meminta tolong pada salah satu anak buah pak Oman untuk mengambilkan hpnya. Entah siapa yang akan ia telepon tapi yang jelas Rey memang sedang mengukir layar hp nya mencari sebuah kontak. Aku yang tak terlalu memikirkannya hanya fokus menerima semua kenikmatan ini dan menyepong kontolnya sampai Rey terdengar berbicara pada orang yang ia telepon.


"lu dimana?"

"yaelah... Rugi lu ga datang soalnya ada yang bisa kita genjot nih"

"Adalah....tapi ini memang tipe Milf banget pokoknya. Udah cantik, bandanya aduhai, putih mulus lagi. Udah gitu, toketnya njir mantap banget. Sapi perah banget lah pokoknya tapi ga walau gitu kenceng gila toketnya. Apaan?"

"Woh, pastinya dong. Ini aja sekarang Dimas lagi garap memeknya, pak Oman pantatnya noh. Kalo gue masih kebagian mulutnya. Iya ini lagi ngemut kontol gue keenakan dia. Serius dah, liat mukanya yang lagi keenakan gini aja udah bisa bikin gue sange berat"

"Lu mau dengar suaranya pas keenakan ga?"


"Pengen dengar suaranya nih, genjot yang cepet biar ini Lonte teriak keenakan", ucap Rey pada Dimas dan pak Oman. Ia cabut kontolnya supaya saat aku mengeluarkan suara bisa dengan jelas terdengar.


Dengan cepat pak Oman dan Dimas menyodokkan kontolnya di kedua lubangku ini sampai aku sendiri mendesah dan mengerang nikmat dibuatnya. Aku yang memang tak tau Rey berbicara dengan siapa tanpa ragu aku kasih suara erotisku pada orang tersebut.


"enak, bu? Ssshhhh...", tanya pak Dimas di bawahku.

"Aaakkkkkkhhhh....aaakkkkkkhhhh ...iya....terus, pak...teruss sshhhh...enak bangggeettt...ssshhhhh....mau....kkeluaarrrr"

"aaaakkkkhhhhhhhh!!!!", erang dan racauku ketika aku mengalami orgasme pertamaku ini.

"wah-wah, ngecrot ternyata. Hahaha..."


"gimana? Mantap kan?"

"ga tau ini pak Oman dapat darimana, tapi yang jelas sih pas gue liat wajahnya ternyata ini ibu temen gue njir. Bukan, lu mah ga tau anaknya soalnya temen gue pas SMA dulu. Yaudah lah, gue mau puas-puasin dulu genjotin ibu temen gue ini"


Setelah panggilannya dimatikan, Rey kembali menyuruhku untuk memanjakan lagi batang kontolnya dengan mulut ini. Mungkin karna memang bernafsu, kali ini Rey melakukan Deepthroat padaku dengan kasarnya sampai jilbabku yang mulai kering oleh aur kencing Dimas sedikit tertarik.


GLOK!!! GLOK!!! GLOK!!!


"Aaakkkhhsssss.... Gimana rasanya ngentot sambi gue telepon sama anak lu?", mendengarnya aku sangat kaget, jadi saat tadi aku berikan erangan serta racauanku ini, aku memberikannya lada Evan? Gila memang.

"makan nih kontolku yang banyak biar makin binal. Hahaha...", lecehnya sambil menggerakkan kepalaku maju mundur dengan keras lalu berakhir dengan dia menahan agar kepalaku ini berhenti di dalam selangkangannya.


Sementara itu sodokan pak Oman semakin meningkat dari waktu ke waktu dan erangan tertahan mulai terdengar intens mengisyaratkan bahwa pak Oman akan mencapai klimaksnya.


"ssshhh....keluar, bu. Ssshhh....bapak mau keluar. Aaaakkkkhhh...Aaaakkkkhhh....", racau pak Oman dengan gerakan cepatnya.

"Aaaakkkkhhh....gue suram ini pantat!! Aaaakkkkhhh...ssshhh...."


PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!!


Genjotan yang dilakukan oleh pak Oman sangat keras dan kasar, begitu juga saat dirinya menjambak kerudungku. Dengan mengatupkan kedua gigitku keras, aku mencoba menahan rasa nikmat bercampur perih ini karna pantatku di sodok dengan sebegitu brutalnya. Keringat mulai terasa mengalir di tubuh serta dahi, nafasku kembali tak karuan berbarengan dengan suara desahan serta erangan yang aku keluarkan.


"Aaaakkkkhhh...Aakkkhhhh...STOP....STOOOPPPP!!!! AAAKKKKHHH!!!!", teriak Widya.


Tanpa memberi ampun padaku, pak Oman tetap menggerakkan kontolnya keluar masuk dengan cepat tanpa mengurangi ritmenya sama sekali. Bahkan malah ia tambah terus. Tubuhku dan kedua payudaraku yang menggantung diatas tubuh Dimas bergoyang dengan indah mengikuti alur ritme sodokannya itu.


"Sekarang giliran bapak yang bakal ngecrot, bu!! Ssshhhhh....Aaaakkkkhhh...."

"KELUAARRR!!!! GUE KELUARR!!! AAAAKKKHHHH!!!!!"

"KELLUUAARRR LAAGGIIHHH....AAAKKHHHSSSSSS...."


CROT!!! CROT!!! CROT!!!


SSEERRRRR!!!


Bisingnya suara kereta lewat menyamarkan teriakan kami berdua yang mendapatkan puncak tertinggi dari namanya seks ini. Aku kembali mendapatkan orgasme keduaku hanya dalam jarak beberapa menit dari yang pertama. Nikmatnya orgasme yang kurasakan ini bertambah nikmat karna Dimas menstimulasi gelombang kenikmatan ini dengan dirinya tetap saja menggempur lubang memekku. Sampai-sampai pandanganku samar, mungkin juga bisa terlihat oleh Rey jika mataku hanya terlihat putihnya saja karna kenikmatan ini.


"Aaaakkkkhhh....gila, puas banget bapak sama tubuhmu, bu. Hhaaahhhh....hhaaahhhh....tapi...tapi bapak belum mau berhenti, bapak nanti minta lagi ya buat giliran pejuin memeknya", ucap pak Oman sambil membuka sedikit pantatku melihat ke arah kelamin keduanya yang masih bersatu.


Puas telah meraih kenikmatan atas tubuhku ini, pak Oman bergerak pelan sambil mencengkeram kedua pantatku dan dengan tarikan pelan pak Oman mencabut keluar kontolnya sambil menikmati remasan dinding memekku yang kurasakan masih saja tak bisa berhenti berkedut-kedut.


PLOP!!! Disaat kontolnya terlepas, aku sungguh merasakan kegelian dan juga sedikit perih. Aku juga bisa merasakan hawa dingin angin menerpa lubang pantatku ini yang tadinya terisi oleh kontol kini telah kosong dengan meninggalkan jejak berupa lubang pantatku yang sedikit terbuka.


Mengalirlah lahar panas dari lubang pantatku ini yang terbuka sehabis disumpal penuh oleh kontol pak Oman. Gumpalan cairan putih kental meleleh jatuh hingga mengenai kontol Dimas yang sudah diam di dalam memekku ini. Melihat pemandangan dimana cairan peju nya mengalir dengan banyak, pak Oman menatap pantatku dengan perasaan puas dan tersenyum lebar. Capek juga badanku meladeni nafsu hewannya itu sampai-sampai tubuhku ini aku jatuhkan diatas tubuh Dimas dengan posisi wajahku di dada bidangnya yang sedikit berbulu.


HHHHAAAHHHH!!!! HHHAAAAHHHH!!! Suara nafasku sungguh sangat kacau.


Secara sama aku mendengar pak Oman berucap kepada ketiga bawahannya itu untuk lekas memakaiku jika memang mereka mau. Mendengar pak Oman memberikan izin kepada bawahannya membuatku hanya bisa pasrah karna aku sudah pasti harus melayani mereka juga.


Secara bergerombol mereka bertiga mendekatiku dan sebelum di mulai, Rey bersuara kepada Dimas untuk bergantian karna dirinya dari tadi hanya bisa menikmati mulutku saja. Walau terlihat terpaksa tapi Dimas mau juga untuk bergantian dengan Rey. "BLES!!!", tercabutnya kontol Dimas langsung saja digantikan oleh kontol Rey tanpa merubah posisiku aku masih saja berada diatas dengan memperlihatkan bulatan pantatku ini.


Dimas yang sepertinya tak tertarik dengan pantatku ini lebih memilih untuk menjejalkan kontolnya di mulut dan sementara anak buah pak Oman langsung memosisikan dirinya di belakangku sambil mengarahkan kontolnya ke lubang pantat. Karna telah di beri banyak minyak goreng dan juga di siram oleh peju pak Oman membuat pria tersebut tak kesusahan seperti pak Oman sebelumnya. Tanpa merasakan jijik, pria tersebut terus saja mendorong masuk hingga tertelan secara sempurna. Lenguhan nya dan lenguhan ku keluar secara bersama saat kontolnya berhasil masuk.


"Aaaakkkkhhh!!! Masuk juga kontol gue", ucapnya.


Untuk kedua kalinya di hari ini aku harus merasakan kembali lubang pantatku diisi oleh kontol. Dengan pasrah aku hanya bisa tengkurap diatas tubuh Rey tanpa melawan saat tubuh lemasku ini mulai bergerak akibat sodokan kontol di belakang sana. Pantatku yang sintal ini di tindih oleh beban tubuh pria tersebut memulai untuk memaju mundurkan selangkangannya.


"Padahal baru aja di genjot ini bool, tapi masih aja seret banget rasanya. Gila emang ini Lonte. Ssshhhhh....", racaunya sambil meremas kuat bongkahan pantatku.


Di lain sisi pak Oman hanya duduk merokok sambil menonton bawahannya menggantikan dirinya untuk menyetubuhiku. Kulihat sekilas pak Oman kemudian beranjak dari posisinya menonton dan ia masuk ke dalam rumah, entah apa yang ia lakukan aku tak tahu.


Rey menggenjot memekku, Dimas di mulutku sedangkan satu anak buah pak Oman memakai pantatku dan dua lainnya menyuruhku untuk mengocokkan kontolnya. Hal ini membuatku tak ada tumpuan sehingga aku dengan susah payah menahan tubuhku untuk tetap setengah berdiri, walau kadang karna capek tubuhku ambruk di atas Rey.


"Entotin semua lubangku ini. Yahhhh....entot lebih keras dan lebih kuat lagi. Saya pengen kontol kalian", aku sudah tak memedulikan apapun, yang aku mau saat ini hanyalah kenikmatan. Aku sadar bahwa racauanku ini sangat liar dan tak pantas untuk di ucapkan sebagai sosok perempuan yang sudah mempunyai anak dan berkeluarga tapi.... Tapi lewat mana lagi aku bisa merasakan kenikmatan seperti ini lagi? Hanya dari Evan dan pria-pria seperti ini saja yang bisa memberiku sensasi ini.


Karna kenikmatan seperti inilah yang mampu membuatku mengeluarkan perkataan yang benar-benar cabul dan perkataan itu tak ayal membuat diriku seperti sedang melecehkan dirinya sendiri. Sepertinya aku memang menyukainya, terbukti setelah aku berkata seperti itu, nafasku sangat bergemuruh dan nafasku yang keluar dengan kacau ini terasa memanas.


Rasa gatal serta rasa genjotan di ketiga lubangku ini terasa melambungkan syahwat. Dibawah sini Rey masih menggerakkan kontolnya keluar masuk dengan cepat dan aku membalas kenikmatan yang ia berikan ini dengan cara meremas bahunya secara kuat, sampai kuku jariku sepertinya membuat luka disana tapi bodo amatlah. Kedua anak buah pak Oman yang tadi ku kocok kontolnya kini hanya memandangku yang tergeliat seperti cacing kepanasan.


"enak banget memekmu, bu. Apakah bu Widya juga suka sama kontol gue ini?", tanya Rey.

"Iyaaahhh....sssshhhhh...sukaaahhhh...."

"enakkan mana sama punya Evan?"

"Aakkkhhhh....Aakkkhhhh....mau dijawab jujur. Sssshhhhh.....atau bohong?", godaku sambil menggigit bibirku sendiri bukan hanya untuk menggodanya tapi karna untuk menahan rasa nikmat juga.


Nakal sekali aku ini. Bisa-bisa memancing perkataan yang amat sensual seperti itu, tapi biarlah.


Sedang merasa sangat enak, tiba-tiba Rey berujar agar pria yang sedang menyodomiku untuk melepaskanku. Dicabut kontolnya dari jepitan keras lubang pantat ini. Setelah kontol anak buah pak Oman terlepas, Rey juga mendorongku sehingga tubuhku terjungkal ke belakang. Aku kura Rey akan mengganti gaya, namun tebakanku salah. Dengan sedikit mengangkat tubuhnya, Rey mengocok memekku ini menggunakan tiga jari ya dengan cepat sampai cairan kewanitaanku muncrat kemana-mana dengan banyaknya.


CLOK!!! CLOK!!! CLOK!!!


Setelah puas memainkan memekku ini, Rey kembali menyuruh diriku untuk menaiki tubuhnya. Karna tubuhku sudah mulai lemas aku agak sedikit kesusahan saat menaiki tubuh Rey. Mengetahui hal tersebut beberapa pria membantuku dengan mengangkat lewat ketiak untuk naik sambil Rey mengarahkan ujung kepala kontolnya ke pintu masuk lubang utamaku. Serasa sudah pas tubuhku di turunkan secara perlahan hingga rongga memekku ini terasa di tusuk dengan sempurna.


"Aaaakkkkhhh!!!", desah kami berdua menikmati momen penyatuan ini.

"Sekarang coba ibu yang pegang kendali. Puaskan kontolku ini dengan memekmu, bu"


Menggunakan tenaga yang masih aku punya, aku mulai menaik turunkan tubuhku di atas selangkangan Rey. Payudaraku yang sudah terbuka dengan bebas ikut naik turun mengikuti irama gerakanku yang sedang memuaskan batangnya. Aku yang mulai bisa mendapatkan lagi alur permainan ini kemudian memutar pantatku dan secara otomatis kontol Rey terpelintir di dalam dengan kuat saat pantat aku putar. Bukan hanya Rey saja yang terlihat sangat menikmati apa yang tengah aku lakukan, justru aku juga ikut menikmatinya dikarenakan kontol Rey serasa menggaruk dinding dalamku secara acak.


Terlihat jelas bahwa Dimas tak sabar jika harus tetap menunggu akhirnya bergerak ke belakangku. Karna nafsunya sepertinya Dimas sudah tak memedulikannya dan berniat akan menghajar pantatku. Menggunakan air ludahnya, Dimas mulai mengarahkan kepala kontolnya di lubang belakangku. Sebelumnya telah di lemaskan oleh pak Oman membuat penetrasi kontol Dimas disana tak terlaku sulit. Aku yang kembali harus di serang secara bersama-sama ini hanya bisa mengerang nikmat.


Senti demi senti kontol Dimas mulai membelah sempitnya pantatku ini sampai benar-benar tenggelam bak sebuah tempat air yang di sumpal dengan tutupnya. yang sangat sempit tersebut.


"pelan....Aaaakkkkhhh...."


Setelah semuanya masuk, Dimas mendiamkan sebentar sambil menikmati sempitnya lubangku ini. Merasa cukup, Dimas menarik pelan sampai setengah kontolnya keluar lalu....JLEB!!! Dimas dengan cepat dan kuat mendorong kontolnya membuatku mengerang sakit. "AAAKKKHHH!!!". Aku yang kesakitan ini malah hanya di tanggapi dengan suara tawa dari semua pria yang ada. Mereka menertawakan ekspresi wajah kesakitanku yang bagi mereka adalah sebuah pemandangan yang memuaskan.


PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!!


SLEP!!! SLEP!!! SLEP!!!


Rey dan Dimas secara kompak menggenjot tubuhku dengan irama bergantian layaknya piston yang sedang memompa tenaga untuk kendaraan itu sendiri.


"Andai Evan tau kalo pantat ibunya yang sempit ini lagi gue kontolin pasti rasanya bakal lebih nikmat lagi. Oouugghhhssss....kontol gw bisa remuk kalo begini. Aaaakkkkhhh..."

"ternyata rasa pantat ga seburuk yang gue kira. Malahan enak banget anjing! Aakkkhhhh....aaakkkhh....gue genjot pantat lu, bu"


"Aaaakkkkhhh...Aaaakkkkhhh....saakkittt....Aakkkhhhh....tapi enakkk....sssshhhhh. terus sayang...terusshhhh....", racauku semakin liar.


"Sialan lu, Mas! Aaakkkhhsssss....kontol gue jadi...aaakkkhhsssss....di remas kenceng banget ini"

"gapapa Rey yang penting enak", jawab Dimas.


Di tengah kedua pejantan ini sedang menggenjot tubuhku, pak Oman terlihat kembali dan mendekat dengan kontolnya yang masih ia umbar tanpa ada keraguan. Menikmati gesekan kontol mereka berdua membuatku tak memedulikan hadirnya pak Oman. Baru saja diriku memejamkan mata, tiba-tiba di leherku ada sesuatu yang menempel. Ku buka mata ini dan kulihat ternyata pak Oman sedang memakaikan kalung di leherku. Bukan kalung biasa tapi sebuah kalung Anjing yang kulihat tergeletak di depan rumah tadi. Kalung dengan bahan karet dan bertali cukup panjang.


CEKLEK!!! Suara penguncinya saat kalung tersebut terpasang di leherku ini.


"Gila, pak bu Widya jadi kelihatan kaya Anjing betina beneran. Hahahaha....", ucap Dimas sambil menggenjot pantatku.


PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!! Dimas dan Rey semakin bersemangat untuk menunggangi Anjing betina ini dan betina ini menikmati gerakan kedua pejantannya.


"ssshhh...ampun....ampun....", ucapku terasa tersiksa dengan semua kenikmatan yang kudapatkan.


Walau memang Dimas "membayar" untuk menikmati tubuhku, tapi di saat pak Oman bilang bahwa dirinya ingin menikmatiku lagi, Dimas langsung menyingkir dengan mencabut kontolnya. Tanpa banyak tingkah pak Oman meremas dan menabok kedua bongkah pantat sintalku dan menjejalkan batang kontolnya itu menggantikan Dimas dan langsung mengikuti gerakan Dimas dibawahku.


Dalam posisi seperti ini tentu saja saat pak Oman menggerakkan maju mundur pinggulnya membuat biji pelirnya ikut menampar pantatku ini.


PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!!


Gerakan pantatnya terus saja menumbuk selangkanganku dengan keras sambil menarik tali yang tersambung ke kalung leherku sehingga kepala ini ikut tertarik dan harus berposisi mengadah ke atas dengan mulut menganga mengeluarkan suara desahan.


"Aaaakkkkhhh....Aakkkhhhh...mantap banget ini memek. Walau ga muda lagi tapi gue akui memeknya lebih enak daripada punya cewek gue", racau Rey.

"si Ines maksud lu?", sambar Dimas.

"memangnya cewek gue siapa lagi?!"

"Kapan-kapan boleh juga dong bagi-bagi sama gue"

"jidatmu! Konsumsi pribadi itu!"

"Pelit lu sama temen sendiri"

"Masalah memek aja lu bisa bilang pelit. Maslah lainnya bodo amat"

"Sudahlah, mumpung ada ibunya si Evan ini kita hajar ajar sepuasnya. Kita buat anaknya si Evan ini minum peju kita. Hahaha..."


Mendengar obrolan mereka berdua yang kurang ajar membuat diriku malah bertambah terangsang di bawah pelecehan yang sedang terjadi padaku. Kedua tanganku yang sedang menganggur ini ku gunakan sebagai tumpuan di atas dada Rey.


Sementara itu tempo genjotan pak Oman yang makin liar mulai menunjukkan tanda-tanda dirinya akan mengalami klimaks dan dengan keras menyuruh Rey agar mencabut kontolnya terlebih dahulu lalu pak Oman menancapkannya di memekku. Dalam beberapa genjotan keras...


"EEEGGGHHHH!!!!! KELUUAARRR!!! AAAKKKKHHHH!!!!"


CROT!!! CROT!!! CROT!!!


Bermili-mili cairan putih kental sedikit panas keluar menyembur masuk ke dalam ruang rahimku dengan kuatnya dan banyaknya. Di saat menyemburkan peju nya, pak Oman tak sadar jika tali kalungku ia tarik dengan keras sehingga membuatku terasa tercekik, namun karna pak Oman sedang keenakan ia tetap saja memejamkan matanya dengan meremas pantatku keras.


Tentu saja karna kalung tersebut terasa mencekik, aku sudah mulai kehabisan nafas dan pandanganku kabur. Mulutku yang menganga bebas mengalirkan liur dan jatuh tepat ke wajah Rey. Merasa wajahnya tak sengaja terkena lurahku, Rey kesal dengan menampar pipiku secara keras sambil mengumpat, "DASAR LONTE!!! KEENAKAN SIH TAPI JANGAN LUDAHI WAJAH GUE!!! PLAK!!!".


Beberapa saat harus kelabakan mencari nafas, akhirnya pak Oman yang telah puas membuang semua peju nya di dalam memekku melepaskan tali dan juga remasan di pantatku sehingga saat itu aku langsung terbatuk dan megap-megap seperti ikan yang terdampar di daratan.


HHHAAAHHHHH!!! HHHAAAHHHH!!!


"hhuuhhh.....sedap banget lubangnya. Semoga bayinya suka sama peju bapak ya, bu. Hehehe...", ucapnya sambil mencabut batang kontolnya secara perlahan dibarengi dengan cairan putih kentalnya yang kurasakan ikut mengalir keluar.


Akhirnya aku bisa sedikit bernafas dengan lega kembali setelah pak Oman selesai pertama. Nafas yang coba ku atur ini hanya bisa menidurkan tubuhku di atas tubuh Rey dan untungnya Rey memang memberikanku waktu untuk beristirahat sejenak sambil dirinya menciumi telinga dan leherku terus serta tubuhku ia peluk dengan erat. Keringat yang mulai menyelimuti tubuh kami berdua serasa tak di hiraukan oleh Rey.



Sementara itu di tempat lain, namun di waktu yang sama Evan dan Alice tengah menemui Ayahnya Alice di kediamannya. Bukan hanya ayahnya, namun ibunya Alice tanpa di duga juga ikut datang untuk merencanakan pernikahan anaknya dengan seorang pemuda bernama Evan.


Acara penting semacam itu Evan hanya datang sendiri tentu saja membuat pertanyaan di kedua orang tua Alice. Cukup sulit untuk memberikan sebuah alasan yang tepat, namun karna memang tak bisa mencari alasan, Evan menjawabnya dengan jujur karna mamahnya tak bisa di hubungi dan juga entah kemana. Mendapat penuturan Evan sintak saja Alice beserta keluarganya kaget.


"Tante kemana?!", tanya Alice khawatir.

"Ga tau, aku telepon ga di angkat dan sekarang malah ga aktif"

"Kalo memang ada masalah dengan mamahmu, kamu bisa batalin acara ini tadi. Kita bisa lakukan setelah mamahmu ketemu", ucap ayahnya Alice.

"jujur Evan juga kepingin cari mamah tapi disisi lain juga Evan ga mau bikin Alice ataupun Om sama Tante kecewa terus anggap Evan ga serius sama Alice"

"aduh... kami ga bakal seperti yang kamu pikirkan, nak jika memang keadaannya ga memungkinkan", kali ini dari ibunya Alice.

"gini aja, sekarang kita cari mamah kamu dulu. Kebetulan juga Om punya teman yang bisa bantu, om langsung kabari teman Om ini. Gapapa kan, nak di tunda dulu?", Alice mengangguk.

"Gapapa, yah yang penting tante Widya ketemu"


Setelah ayahnya Alice meminta bantuan kepada temannya, mereka berempat langsung keluar dari rumah untuk mencarinya. Evan bersama Alice menggunakan motornya sedangkan kedua orang tua Alice menggunakan mobilnya. Dengan berbekal foto mamahnya yang diberikan kepada orang tua Alice, mereka membagi arah.



Aku hanya bisa mengerang dan mendesah di saat sebuah kontol tengah keluar masuk di dalam memekku. Kini posisiku terlentang di atas kardus dengan bagian punggung ke atas berada di tanah karna kardus yang dipakai tak cukup menampung tubuhku. Sementara orang yang tengah mendapat gilirannya masih Rey dan Dimas menyetubuhi mulutku. Rasanya sungguh aku mual karna kontol Dimas tadi telah masuk ke dalam pantatku dan sekarang harus masuk ke dalam mulutku.


PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!!


Rey tang memang sedari tadi fokus untuk menggenjot memekku kini mulai bereaksi dengan dirinya merasa akan mencapai klimaksnya. Menggunakan ritme yang cepat, Rey menyodok memekku hingga kontol panjangnya itu seperti ingin mendobrak penuh rahimku.


"aaakkkhh....akkkkhhhh...iyaaa terusshhhh....aaakkkhhsssss....mau sampeee...ssshhhhh...."

"dasar Binal! Kena kontol aja langsung keenakan. Nih kontol buat lu, bu!", ucap Rey dengan menggenjot cepat sampai kedua payudaraku rasanya terombang-ambing seperti kapal di tengah samudra terkena badai.


Seolah tanpa memedulikan statusku yang sedang mengandung ini, Rey terus saja menggempur dan mengobrak-abrik liang memekku dengan ganas. Aku yang semakin keenakan dengan gerakannya pun hanya bisa meraung nikmat sambil meremas sendiri kedua payudaraku ini dengan keras.


Kedua anak buah pak Oman mendekat kearahku lalu menyingkirkan tanganku ini dari payudara lalu dengan cepet mereka berdua mencaplok putingku. Sensasi nikmat yang merambat di tubuhku ini semakin menggila tak kala mulut mereka menyedot keras dan memainkan mulutnya di putingku. Di remasnya secara gemas, di cubitnya putingku sampai aku mengerang. Namun eranganku kali ini tak bisa secara jelas karna Dimas menggerakkan kontolnya untuk menumbuk mulutku, tubuhnya menyilang di kepalaku sehingga posisinya kini seperti sedang menunggangi tubuhku. Lagi-lagi mulutku harus mengalami Deepthroat.


Di samping perlakuan kasar yang mereka berikan aku sudah mengalami orgasme kembali untuk uang ketiga kalinya dan kali ini aku mulai merasakan gelombang kenikmatan itu lagi. Gila, aku mulai lemas dan harus terus-terusan orgasme. Memekku pasti banjir oleh peju mereka dan juga oleh cairanku sendiri. Untuk satu lagi anak buah pak Oman hanya memainkan tanganku untuk mengocok kontolnya.


"aaakkkkhhhhss.....mampus memek ibu lu gue kontolin, Van!!!", racau Rey.

"Eeggghhhh!!! Eeeeeggghhhh!!!", suaraku di tengah genjotan kontol Dimas di mulut.


SLURP!!! SLURP!!! SLURP!!!


"Susunya lembut banget, kenyal lagi. Ga sabar gue pengen cepet-cepet kontolin memeknya"

"Woh, tangannya juga alus banget nih", ucapan kasar kudengar keluar dari para anak buah pak Oman.


"aaaakkkkhhhhhhhh....kkeluaarrrr.....oouuggghhhhh....JALANG!!!"


CROT!!! CROT!!! CROT!!! Akhirnya Rey tak bisa menahannya lebih lama lagi dengan mengalami klimaks yang hebat. Sungguh terasa sangat jelas bahwa untuk kedua kalinya rahimku harus menerima semprotan peju pria lain dalam jumlah yang banyak.


Aku tak menghitung berapa semprotan yang Rey buang di dalam memekku ini tapi yang jelas banyak dan cukup lama ia menghentak-hentakan pantatnya secara dalam ke selangkanganku sampai rasanya di dalam sana terasa sangat penuh oleh cairan hangat. Setelah puas menikmati sempritan demi semprotan peju yang ia buang di dalam tubuhku, Rey mencabut kontolnya yang sudah mulai mengecil itu. Namun setelah ia mencabutnya, Rey mengambil lelehan peju nya yang bercampur dengan peju pak Oman di telapak tangan lalu meminta agar Dimas Menyingkir. Sambil tertawa puas, Rey menyuruhku untuk menelan peju yang tertampung di telapak tangannya dan juga menjilati sisanya sampai benar-benar bersih.


"Lonte Pintar. Sekarang bersihin kontol gue ini, sayang. Bersihkan kontol teman anakmu ini", sambil menepuk-tepukan batang kontolnya yang sudah setengah berdiri itu di wajahku. Lantas ku lahap kontolnya itu dengan cepat dan ku sedot demgan kuat sampai Rey yang baru saja klimaks menggelinjang geli.

"hahahaha....kenapa lu?", tanya Dimas yang sudah mengambil ancang-ancang di depan selangkanganku.

"Anjir, ini mulutnya nyedot banget kaya Vacum Cleaner"

"bukan Vacum tapi itu mulut emang udah beralih fungsi jadi penyedot kontol sama peju. Hahahaha...."

"enak?", tanya Rey dan aku mengangguk.


Dibukanya kembali kedua kakiku oleh Dimas dan dengan sekali sentakan, seluruh kontolnya masuk tanpa hambatan karna sudah sangat licin oleh cairan ku dan juga dua peju sebelumnya. Pada bagian payudara, kedua anak buah pak Oman masih melumat serta di meremas secara bergantian. Sedotan keras pada kulit payudara Widya membuat sebuah tanda merah disana dan ternyata mereka melakukannya memang memberi cupangan. Mendengar suaraku akibat perlakuan kedua anak buah pak Oman membuat Dimas makin tak sabar lagi.


"Sekarang kontol saya, bu. Siapa-siap mengerang keenakan kaya kuda Binal", ucapnya mulai memaju mundurkan pinggulnya.


SPLOK!!! SPLOK!!! SPLOK!!! Bunyi genjotan Dimas di selangkanganku ini yang sudah sangat becek sehingga suara yang di timbulkan lebih berat dan lebih nikmat.


Diriku yang kembali harus di genjotan kontol ketiga hanya bisa mengeluarkan suara Erangan dan desahan. Dalam kondisi kaki mengangkang lebar Dimas melancarkan terus genjotannya pada memekku ini, dimana lubang tersebut akan di pernah di pakai melahirkan Evan dan juga akan di pakai oleh calon anakku yang kedua tapi hasil dengan Evan. Setiap gerakan membuat pelakunya merasakan rasa nikmat yang amat serta menjalar ke seluruh saraf tubuhnya dan begitu pun denganku yang menjadi korbannya yang ikut merasakan sebuah kenikmatan dari tiap gesekan daging panjang itu.


"Aakkkhhhh....udah di pake dua kontol tapi tetap rapat aja ini memek. Hanya saja terasa sangat licin. Kebanyakan telan peju sih memek lu, bu. Oouugghhhssss...."

"Nih, gue dah selesai. Kalo lu mau, lu pake aja mulutnya", ucap Rey pada anak buah pak Oman yang hanya menggunakan tanganku. Diberikan izin untuk merasakan mulutku ini, tentu saja tak di sia-siakan oleh pria tersebut dengan maju dan mengarahkan kontolnya di depan wajah.


"AAAKKKHHHH!!!!",


PLAK!!! PLAK!!! PLAK!!!


Tamparan kulit Dimas di selangkanganku terdengar begitu nyaring, menggema ke empat terbuka ini. Sudah berapa luluh kali dan bahkan juga sudah lebih dari ratusan kali selangkanganku harus di tabrak selangkangan ketiga pria ini sampai rasanya selangkanganku mulai terasa panas. Nafsu Dimas yang terlihat jelas berada di ubun-ubun terus saja memompaku.


"Legit banget, bu kaya kue apa gitu. Sshhhh... Tapi bedanya kue ibu ini ga bakal ada habisnya walau di makan terus. Ssshhhhh....."

"Laki mati, lati ke anak buat puasin sampe bunting dan sekarang ngangkang di depan kontol lain lagi. Ooouuuuggghhhssss....bu Widya ini memang Lacur banget ya. Ssshhhhh.....dasar janda kegatalan!!!"

"Iyaaahhh...yyaaahhhh....aku janda gatal....tolong garuk memek gatal janda ini pake kontolmu itu.... Garukkk...aaakkkhhsssss...."


"EEEGGGGHHHHHH!!!", sedakku saat Dimas menggenjot dengan mencekik tak terlalu keras leherku. Sementara saat diriku di cekik ini, kontol anak buah pak Oman kembali merojok masuk sampai ke tenggorokan, menambah ke-sesakkan pada nafasku.


Mendapat perlakuan kasar yang terus-terusan ku terima membuat diriku tanpa di duga mengalami orgasme kembali tubuhku mengejang hebat dengan menelan sedalam mungkin kontol yang sedang berada di dalam mulut ini. Aku suka ini, aku suka.... Perlakukan terus aku seperti ini. Terus....


Mengetahui diriku orgasme untuk ke sekian kalinya, Dimas tertawa penuh kemenangan sambil dirinya tak memberikanku waktu untuk menikmati semuanya secara bebas. Dirinya terus saja memompakan kontolnya dengan ritme yang kian di tambah cepat. Sensasi nikmat, ngilu dan juga geli merambat dari selangkangan ini.


Mungkin karna tak tahan melihat pertunjukan yang tengah tubuhku berikan ini membuat anak buah pak Oman makin beringas. Setelah melakukan Deepthroat yang kasar, dirinya mencabut kontol miliknya dan tanpa ada tasa jijik ia lumat habis mulutku ini dengan bernafsu. Aku yang memang sama bernafsunya pun membalas lumatannya dengan kini lidah kami saking membelit satu sama lain.


"Eeeeeggghhhh....eeegggghhhhhh....eeegggghhhhhh... ", tak kuasa diriku mengerang nikmat di sela lumatan kami.


Kedua anak buah pak Oman yang masih setia berada di dadaku ini memberi rangsangan tambahannya dengan meremas kencang dan memelintir putingku. Ooouuugghhh....rasanya sungguh enak dan nikmat sekali di perlakukan seperti gumpalan daging pemuas nafsu oleh mereka. Payudaraku yang memang besar ini bentuknya semakin membulat dan makin kencang karna birahi yang terus meningkat. Putingku semakin menonjol dan mengeras.


SLURP!!! SLURP!!! SLURP!!!


Menit demi menit genjotan Dimas makin terasa sekali kasarnya. Kedua kaki jenjangku ia sampirkan di bahunya dan ia kembali menggenjotku dengan nafsu hewannya yang selalu memburu seperti kobaran api di tengah pemukiman padat penduduk. Walau aku tahu bahwa Dimas akan segera mencapai klimaksnya, namun Dimas menarik lepas kontolnya dan ia sempat-sempatnya mengocok memekku dengan harinya terlebih dahulu.


Kocokkan cepat jarinya yang ia lakukan alhasil membuat cairan kewanitaan bercampur dengan cairan peju kedua pria sebelumnya kembali muncrat kesana kemari dengan indahnya. Bahkan gilanya, aku sampai orgasme lagi oleh perbuatan jarinya.


Setelah serasa cukup, Dimas kembali menjejalkan kontolnya masuk ke dalam memekku dan menggenjot kan kembali dengan ritme yang tak beda jauh dengan sebelumnya. Cepat dan kasar.


"aaakkkkhhhh....aaakkkhhhh....pelan....oouugghhhssss.....bayiku.....aakkkkhhh....tapi ennnakkkk....terusshhhh....terusshhhh....aaakkkhhsssss..."

"Dasar memek gatal. Memek Lonte!!! Gue pejuin memek lu ini, JALANG!!!"


Racau dan gerakannya kasar hingga sebuah semburan cairan hangat dan kental bisa aku rasakan dengan jelas mengisi bagian dalam selangkangan hina ini. Peju mudanya ia isikan di dalam rahimku dengan sangat banyak sampai aku rasakan sendiri bahwa cairan yang ada di dalam tubuhku ini tak bisa lagi menampung cairan yang diberikan ketiga pejantanku. Walau kontol Dimas masih menancap kokoh, tapi di sela penyatuan kami ini cairan peju Dimas dan juga pria sebelumnya mengalir keluar dan saat Dimas cabut kontolnya.


PRET!!! PRET!!! PRET!!! Memekku ini mengeluarkan suara seperti kentut di saat peju ketiganya keluar dengan sangat banyak, mengalir keluar.


"Aaaakkkkhhh...gila ini memek, kalo saja bisa gue bawa pulang pasti bakalan gue genjot tiap hari. Walau tiap hari di genjot pun gue rasa memeknya ga bakal cepet longgar. Memek elastis kaya gini buat di bikin longgar harus di gilir terus tiap hari. Hahahaa....", hina Dimas sambil memandangi tubuhku yang lemas tak berdaya dengan memekku yang mengalir peju mereka bertiga.


Walau pak Oman, Rey dan juga Dimas telah selesai, namun aku belum bisa bernafas lega karna ketiga anak buah pak Oman belum kebagian jatah untuk menikmati tubuhku ini dan hanya berselang sekitar dua menit saja, tubuhku sudah di suruh untuk menungging dengan senjata salah satu anak buah pak Oman telah siap untuk mengacak-acak lubang memekku lagi. Bukan hanya dari satu arah tapi ketiga arah sekaligus. Ya....lubang memek, pantat serta mulutku mereka hajar secara bersama-sama sampai aku menggelinjang tak karuan di buatnya.


Oleh ketiganya aku kembali diperlakukan seperti layaknya Pelacur rendahan yang tak ada harganya lagi. Mereka melakukannya dengan berbagai gaya, bahkan saat ketiganya menyetubuhiku, mereka melakukannya sambil menonton video bokep dengan tujuan menirukan semua gaya yang terdapat di dalamnya. Aakkhh!! Aku dijadikan model peragaan gaya persetubuhan.


Setelah ketiganya selesai, pak Oman dan juga Dimas maupun Rey kembali memintaku untuk melayaninya sampai puas dan setelah mereka selesai ketiga anak buah pak Oman kembali mengisi semua lubangku. Entah sudah berapa kali mereka menyetubuhiku dan entah sudah berapa kali juga diriku mengalami orgasme. Yang aku rasakan hanyalah lemas dan perasaan puas. Seolah hari ini mereka menyuruhku untuk memuaskan nafsu hewan mereka.


"Ga ada matinya emang ini memek. Udah digilir dati siang aja masih aja seret. Minta banyak kontol kayaknya", ucap pak Oman.


Bukan hanya di Setubuhi, tubuhku juga harus dimandikan oleh air kencing mereka semuanya. Tak jarang pula mereka kencing di dalam mulutku sehingga harus aku telan habis maupun mereka kencing di dalam lubang memek ataupun di lubang pantat. Sehingga semua lubang yang aku miliki ini bukan hanya diisi oleh peju mereka, tapi oleh kencingnya juga.


Di perlakukan sedemikian rupa oleh mereka semua dalam kondisi hamil membuat staminaku benar-benar drop sampai pandanganku mulai kabur. Tapi sebelum kesadaranku benar-benar hilang, aku mendengar sebuah suara tembakan dan juga suara berisik seperti orang merengsek masuk.


"Jangan bergerak! Letakan tangan kalian semua di atas kepala!", sontak saja saat pak Oman tengak menggenjot tubuhku langsung beringsut dengan melepaskan kontolnya dan menuruti perintah orang tersebut. Kulihat ada beberapa pria berseragam polisi dan.... Evan, Alice serta kedua orang tuaku disana lari ke arahku dan aku tak bisa lagi menahan kesadaranku ini hingga pingsan.


***


Saat sadar, aku sudah berada di dalam sebuah ruangan bertirai biru. Ternyata aku sedang berada di dalam rumah sakit dan dengan waktu yang berputar. Mengingat apa yang telah terjadi dan apa yang aku lakukan, aku sungguh menyesal, apalagi saat diriku teringat akan kandunganku ini tapi untungnya bayi yang ada di dalam perutku ini masih cukup aman, walau hampir saja berakibat fatal jika saja aku terus-terusan di gilir seperti itu.


Dari cerita yang ada, ternyata Evan, keluarga Alice maupun teman orang tua Alice sudah mencariku sejak sore hari namun karna tak kunjung menemukanku mereka sempat frustrasi dan akhirnya meminta bantuan polisi. Sudah meenggerakan semuanya tapi tetap saja mereka tak bisa mengetahui dan melacak keberadaanku hingga Evan teringat jika kebiasaanku jika ada pesanan katering, aku selalu menuliskan hari serta alamat yang akan aku kirim pesanan tersebut. Dari situlah Evan mengunjungi pemesan terakhirku dan darinya juga Evan bisa mengetahui bahwa diriku berada di sekitar daerah mana.


Mungkin karna sudah menjadi jalanku, ternyata pula Evan bertemu dengan dua pengamen yang membawaku ke perkampungan tersebut. Untungnya pula mereka berdua berbicara jujur bahwa mereka melihatku dan menunjukkan posisiku.


POV Widya OFF



Akhirnya Evan dan Alice melangsungkan pernikahannya dengan tanpa ada halangan maupun kendala yang berarti. Semuanya lancar sampai sebuah kata, "SAH!" terdengar menggelegar menyambut resminya hubungan mereka ke dalam hidup yang sebenarnya. Semua orang yang menghadiri pun ikut merasakan bahagia, tak terkecuali mamahnya sendiri. Mamahnya sekarang sudah mulai kembali seperti mamah yang ia kenal selama ini dan semenjak kejadian hilangnya sang mamah, Evan benar-benar berhenti tak meminta mamahnya untuk memuaskan dirinya lagi. Kehidupan keluarga Evan dan mamahnya sudah kembali normal seperti layaknya keluarga sehat pada umumnya.


"selamat ya! Anak mamah akhirnya memilih perempuan yang tepat sebagai pendampingnya. Mamah ikut bahagia, nak"

"Makasih banyak, mah", balas Evan dengan tersenyum sambil memandang dalam wajah mamahnya, namun tak ada lagi pandangan nafsu yang ia berikan atau ia pancarkan.


Mengenai kehamilan Widya? Satu bulan sebelum Evan resmi menikah dengan Alice, Widya sudah lebih dahulu melahirkan anak hasil cintanya dengan anaknya sendiri dengan berjenis kelamin laki-laki. Rupanya tak jauh beda dengan bapaknya, dimana anak tersebut terlihat mirip dengan Evan dari berbagai segi. Tapi walau begitu tak ada satupun yang mengetahui bahwa anak yang Widya lahirkan itu tak lain adalah anak, anaknya sendiri.


Keluarga ataupun kerabat lain mengetahui kehamilan Widya itu di sebabkan saat kejadian di pemukiman kumuh itu. Widya hamil oleh salah satu dari para tersangka yang sekarang sudah mendekam di penjara. Itulah yang mereka tau.


Bulan demi bulan terus saja berlalu sampai Evan kini memilih untuk hidup sendiri bersama istrinya, Alice di sebuah rumah baru yang tak terlalu besar ukurannya tapi itu lebih baik karna rumah yang Evan beli merupakan hasil tabungannya dan beberapa tambahan kecil dari sang mamah. Karna pilihan anaknya itu, Widya harus tinggal seorang diri tanpa ada sosok anak laki-lakinya yang sudah banyak mengukir cerita di dalam kehidupan.


Dua bulan Berlalu setelah pindahnya Evan. Hari ini Evan berniat untuk mengunjungi mamahnya untuk memberikan sebab kejutan spesial di hari ibu ini. Namanya juga kejutan , sudah pasti akan di lakukan secara diam-diam. Evan telah menyiapkan sebuah bingkisan spesial untuk mamahnya berupa pakaian gamis beserta dengan kerudungnya. Karna penampilan mamahnya sekarang sudah sangat berubah dengan menggunakan pakaian tertutup dan juga mengenakan jilbab.


Jam sudah menunjukkan detik-detik pergantian hari menuju hari ibu dan saat Evan sampai di depan gerbang, Evan bisa melihat ada mobil milik ayah mertuanya, ayahnya Alice terparkir. Saat akan membuka gerbang ternyata gerbang di kunci dan dengan terpaksa Evan harus masuk dengan cara memanjat.


Suasana rumah dari luar terlihat sangat sepi, namun karna Evan yang masih mempunyai kunci duplikat, Evan masuk ke dalam. Sampainya di dalam kondisi masih saja sama, sepi. Barulah saat dirinya berjalan untuk masuk ke ruang tengah, Evan mendengar suara desahan dari arah kamar mamahnya. Mengingat seperti apa mamahnya di pengalaman sebelumnya, perasaan Evan langsung tak enak.


Dengan mengendap Evan berjalan mendekat ke arah pintu kamar dan menggunakan pijakan kursi yang ia ambil, Evan mengintip dari ventilasi yang terdapat di atas pintu. Alangkah kagetnya dirinya menyaksikan apa yang sedang terjadi di dalam. Dilihatnya sang mamah dalam kondisi telanjang bulat, menungging dengan ayah mertuanya berada di belakang tubuh polos sang mamah sedang memaju mundurkan pinggulnya dengan bernafsu. Kedua payudara mamahnya terlihat bergoyang mengikuti irama sodokan cepat dan keras tersebut.


"Aaaakkkkhhh....akkkkhhhh....iya terus, tuan...terusshhhh...aaakkkkkkhhhh....kontol tuan enak sekali. Memek saya suka banget tiap di sodok sama kontol perkasa tuan. Aaakkkhhsssss... Tolong hamili Lonte tuan ini. Memek saya siap menampung semua peku tuan sebanyak mungkin. Aaakkkhhhh...Aaakkkhhhh....tuaaaannnn...", racau liar mamahnya, bahkan sudah memanggil ayah mertuanya dengan sebutan tuan. Dari racauan sang mamah pula Evan ketahui bahwa mereka sudah sering melakukannya tapi sejak kapan?

"oouugghhhssss....memekmu juga enak banget, Lonteku. Sssshhhhh.....ada untungnya juga Alice pilih Evan sebagai menantuku"

"Iya, tuan. Lonte ini juga merasa beruntung karna Evan bisa menikah dengan Alice. Aakkkhhhsss...."


Evan sungguh tak habis pikir lagi mengenai mamahnya yang bisa masuk ke dalam pusaran birahi yang sangat menyesatkan itu. Apalagi mamahnya meracau liar menyambut sodokan kontol ayah mertuanya dengan adanya sosok bayi di samping mamahnya. Ya, itu anaknya Evan dengan mamahnya dan sekarang anak itu menyaksikan dengan jelas sosok mamahnya yang sedang berada di sampingnya tengah bertelanjang bulat dengan, kakeknya??? Menyodokkan kontolnya.


"lihat sayang, anakmu liatin kita tuh", ucap ayah mertuanya.

"Sa-sayang....aaakkkhhsssss....jangan liatin mamah ya. Kamu tidur lagi. aaakkkhh...aaakkkhh...."

"gapapa, biasanya saya entotin kamu aja di depan bayimu ini. Kamu kan emang Lonte yang ga punya harga dirinya lagi kalo sudah kena kontol"

"Aakkkhhhh...iya...iya saya memang Lonte. Entotin terus memekku saya, tuan"

"bilang sama anakmu!! PLAK!!!!", ucap mertuanya sambil menampar keras pantat mamahnya.


"sayang...sssshhhhh....mamah boleh ya di entotin sama, kakekmu. Aakkkhhhh....tuannya mamah. Sssshhhhh.... Mamah boleh ya jadi Lonte nya kakek? Aaakkkhhsssss....."

"Aaiyyyyaaa....", ucap bayi tersebut dengan tertawa girang.

"kamu suka ya lihat mamah di genjot kontol kakek?"


Evan yang marah dan juga terangsang tak bisa menahannya lagi. Dengan cepat ia dobrak pintu tersebut. Melihat kedatangan Evan, Ayah mertua serta mamahnya sangat kaget, tapi rasa kaget mereka tak berlangsung lama karna Evan dengan cepat pula melepaskan celannya dan mengeluarkan kontolnya yang sudah tegang maksimal itu. Setelah semuanya terlepas, Evan mendekat lalu menampar wajah mamahnya dengan keras.


"Dasar mamah ga tau malu. MAMAH LONTE!!! PLAK!!!"


"AYO, YAH! KITA HAJAR BARENG-BARENG BETINA LONTE INI!!"

"wah, kirain mau marah ternyata. Okelah kalo gitu hayuk. Kita sikat acak-acak lubangnya yang gatal ini. Kamu mau yang mana?", tanya ayah mertuanya.

"Evan mau pantat, yah. Ayah memeknya aja"


Sesuai dengan perkataan, ayah mertuanya berbaring di samping bayi tersebut sementara mamahnya menduduki kontol ayah mertuanya dan Evan memasukkan kontolnya di lubang pantat. Dengan celat dan kasar mereka berdua menikmati lubang-lubang tersebut dengan sangat nikmat. Mereka juga saling bertukar lubang, tapi ada kalanya juga mereka memasukkan kontol mereka secara bersama-sama dalam satu lubang. Mereka memasukkan kontolnya di lubang memek.


Mulai malam itu juga Evan mengetahui hubungan mamahnya dengan ayah mertuanya. Malam itu juga, Evan mulai menyetubuhi mamahnya lagi seperti dulu dan hari-hari berikutnya mereka juga melakukannya secara bersama-sama. Evan dengan ayah mertuanya juga sepakat untuk memberikan tanda di tubuh mamahnya, tepatnya di bagian antara pertut dan selangkangan.


(Kontol Evan)


Bahkan ada suatu ketika juga, ayah mertuanya memakai tubuh mamahnya sebagai pelancar bisnis miliknya dengan cara menyerahkan tubuh mamahnya untuk di nikmati oara klien ayah mertuanya.


Bukan hanya sekali tapi berulang kali, sampai mamahnya juga sering di ajak pergi klien ayah mertuanya beberapa hari dan tentunya mereka mengajak mamahnya untuk memuaskan birahi.


Waktu terus berlalu hingga aktivitas yang mamahnya kerjakan selama ini membuahkan sebuah hasil. Mamah ya hamil lagi tapi entah siapa bapaknya. Tapi untungnya saat mamah ya hamil, mamahnya di lamar oleh seorang laki-laki biasa dan untuk menutupi kejadian akhirnya Evan menyetujui mamahnya menikah dengan orang tersebut.


.

.


-TAMAT-

widya,kisah seorang ibu rumah tangga part 26

Siang yang terik tak menyurutkan bagi kedua manusia yang sedang di landa oleh birahinya. Evan dan bu Ninik tengah memaju birahi antara satu sama lain di ruang keluarga milik bu Nonik sendiri. Nindi kebetulan sedang mengikuti kegiatan untuk menyiapkan lomba selanjutnya karna memang anak itu berbakat, sementara sudah beberapa minggu ini bu Nonik telah pisah ranjang dengan pak Herman sehingga bu Nonik kini hanya tinggal bersama Nindi.

Niatnya Evan dimintai tolong oleh bu Nonik untuk menjemput Nindi di sekolah karna sebentar lagi akan pukang tapi karna saat Evan melihat tubuh bu Nonik, ia malah tergiur untuk mencicipinya. Awalnya bu Nonik menolak dengan alasan karna Evan harus menjemput Nindi terlebih dahulu tapi oleh Evan di sanggah dengan alasan hanya beberapa kali tusukan dan Evan juga akan melakukannya dengan cepat yang pada akhirnya bu Nonik mau untuk melayaninya.

Hanya dengan bertelanjang bagian bawahnya, bu Nonik langsung di genjot oleh Evan dengan cepat, awalnya mereka bertempur di ruang tamu, karna kurang bebas untuk berekspresi, secara perlahan Evan menyuruh bu Nonik untuk berjalan masuk ke ruang tengah dengan posisi dirinya tengah di doggy serta terus saja di genjot oleh Evan.

"Sini, tan....", ajak pak Evan pada bu Nonik yang sedang ia daki kehikmatannya siang itu untuk berganti tempat menuju sofa.

Evan yang sudah terlebih dahulu memosisikan dirinya duduk di sofa, bu Nonik tanpa di suruh langsung naik mengangkangi selangkangan Evan. Tangannya memegang batang kontol kerasa tersebut lalu ia arahkan tepat ke pintu masuk peranakannya. Dalam gerakan menurunkan badan secara perlahan, akhirnya "BLESSS!!!".

"AAKKKHHHH" Seluruh batang kontol Evan masuk seutuhnya tertelan di dalamnya.

Masuknya kontol Evan langsung di mulai untuk bergerak naik turun, namun apa yang terjadi? baru saja beberapa kali keluar masuk, Evan menghentikan gerakan tubuh bu Nonik yang sedang naik turun di atas selangkangannya. Terdapat raut wajah bingung bercampur nafsu yang terpancar dari raut wajah bu Nonik.

Bingung di tambah bingung lagi ketika Evan memilih untuk mencabut lepas batang kontolnya sehingga bagi bu Nonik sendiri sangat berasa jelas hawa kekosongan yang tadinya sempat memenuhi rongga memeknya. Namun rasa bingung itu tak terlalu bertahan lama karna bu Nonik menyadari apa yang akan terjadi kepada dirinya. Memang sudah pernah dan beberapa kali melakukan, tapi karna bu Nonik masih belum terlalu terbiasa makanya ia sempat akan menolak di saat Evan menempelkan ujung batang kontolnya tepat di lubang anus bu Nonik.

"Tante belum terlalu terbiasa, Van. Lagian punya kamu masih terlalu besar buat tante"
"bukannya sudah beberapa kali gue entotin anus lu ini"
"Iya, tapi tetap saja punya kamu masih terlalu besar buat masuk ke situ. Jangan ya, pake memek tante aja dulu", bujuk bu Nonik sambil memegang batang kontol Evan untuk diarahkannya kembali tepat ke lubang memeknya.

"tante berisik, ah. Heboh banget kaya Lonte aja. Eh, tapi emang beneran Lonte kan ya. Hehehehe...", ucap Evan dengan nada kesal yang disebabkan oleh rasa birahi dimana rasa birahi itu tak bisa di salurkan karna mamahnya di saat sedang dibutuhkan malah tak ada di rumah. Saat Evan bangun dari tidurnya, ia tak mendapati keberadaan mamahnya di berbagai sudut rumah. Yang Evan temukan hanya secarik kertas yang di letakkan di meja meja makan dengan bertuliskan "mamah lagi antar pesanan katering"

Memang benar jika mamahnya hari ini ada pesanan yang harus mamahnya antarkan, jumlahnya tqk terlalu banyak, hanya beberapa pesanan Box katering.

Dibaliknya dengan cepat posisi bu Nonik dengan gaya menungging dengan payudaranya yang menempel erat di senderan sofa. Setelahnya, Evan langsung memasukkan dengan sedikit memaksa kontolnya itu di lubang sempit milik bu Nonik. Walau tak sesakit saat pertama kali merasakan batang kontol Evan masuk ke anusnya, tapi tetap saja terlihat jelas saat proses penetrasi terjadi mata bu Nonik sampai membelalak karna rasa perih seperti sobek dialami oleh anusnya serta air matanya sedikit mulai keluar.

"Aaakkkhhhh!!! Mantap banget pantatmu ini, tan"
"Aaakkkhhhh...ssshhhhh...enaknya, tan. Sssshhhhh...."

PLAK!!! PLAK!!! PLAK!!! Evan tampar lumayan keras kedua kulit pantat bu Nonik sehingga terdengar erangan kecil.

"Aaakkkhhhh! Sakit, Van"


Sebelumnya...

Walau sudah hampir jam sebelas siang tapi Evan masih saja belum keluar dari kamarnya dan sudah pasti juga belum tidur sehingga membuat Widya yang sudah rapi akan mengantarkan pesanan katering hari ini terpaksa harus pergi tanpa berpamitan langsung pada anaknya itu. Ia hanya menuliskan pesan singkat perihal dimana ia pergi jika saja Evan bingung karna dirinya tak ada di rumah.

Dengan menggunakan baju yang tertutup, Widya akan mengantarkan pesanan katering yang ada dengan memakai baju gamis lengkap dengan jilbabnya yang terlihat sangat serasi di tubuh maupun di kepalanya. Walau memakai baju gamis yang notabene tertutup tapi bukan berarti aura keseksian Widya ikut tertutup pula. Justru dengan memakai pakaian seperti itu malah menambah kesan pada mata lelaki sendiri yang melihatnya.

Semuanya telah siap, Widya mulai bergegas untuk mulai berjalan. Ia menggunakan jasa transportasi berbasis Online. Barang uang dibawanya memanglah tak terlalu banyak, tapi jika di bawa sendiri tetap saja akan menimbulkan rasa sulit. Karna alasan itulah dirinya lebih memilih kendaraan tersebut dan untungnya sang sopir juga membantu dirinya untuk memasukkan semua barang bawaan.

Perjalanan memakan waktu kurang lebih hampir dua puluh menit dan setelah sampai di tempat yang dituju, pengorbanan waktu yang Widya lakukan hasilnya tak sesuai dengan rencana dimana si pemesan malah tak menerima bungkusan katering uang sudah Widya bawa. Si pemesan juga sebenarnya tak enak melakukan hal tersebut tapi mau bagaimana lagi, awalnya orang tersebut memesan makan pada Widya untuk acara makan-makan santai di rumah, tapi acara di undur.

Karna Widya sudah terlanjur menyelesaikan dan membawa pesanannya, akhirnya orang tersebut dengan tak enak hati tetap membayar semua total tagihan yang dia pesan tapi untuk makanannya tak ia terima dan malah di berikan pada Widya lagi. Jelas saja Widya tak mau, sudah dapat uang, makanan yang ia buat juga kembali lagi ke tangannya.

Walau Widya juga sebenarnya bingung mau di apakan makanan tersebut. Apakah akan kembali di bawa pulang atau bagaimana. Jika di bawa pulang memang akan di makan tapi hanya beberapa kotak saja, sisanya pasti akan mubazir. Dalam bingungnya, orang yang memesan tadi akhirnya memberikan usul untuk di berikan saja kepada anak jalanan, pengemis ataupun orang yang membutuhkan lainnya. Dengan usulan tersebut akhirnya Widya telah menentukan untuk di kemanakan semua makanannya.

"Maaf ya, bu", selorohnya tak enak.
"Gapapa, pak saya jadi ga enak kaya gini. Udah di bayar tapi makanannya malah saya bawa lagi"

Saat bercakap dengan Widya sebenarnya mata orang tersebut tak pernah lepas untuk memandang tubuh Widya terutama pada bagian payudaranya yang tertutup oleh baju gamis namun masih menonjolkan seperti apa ukurannya. Tapi karna orang tersebut juga tengah ada urusan akhirnya dengan terpaksa ia pamit untuk masuk ke dalam rumah kembali meninggalkan Widya yang masih berdiri di depan pintu dengan kedua tangannya menenteng keresek berisi makanan kateringnya.

Karna keputusan yang Widya buat akan memberikannya kepada para pengemis maupun anak jalanan, Widya berjalan keluar dari arah perumahan dan menelusuri jalanan berharap menemukan orang-orang tersebut. Jujur saja bagi Widya tangannya merasa pegal karna harus menenteng kedua plastik tersebut tapi mau dikata apalagi, Widya belum menemukan satupun dari mereka.

"Aduh, capek juga ya jalan sambil bawa ginian", keluh Widya lalu memutuskan duduk di salah satu halte bus. .

Widya mengistirahatkan tubuhnya sejenak dari panas matahari yang terasa semakin menyengat kulit dengan berteduh di bawah atap halte bus yang sudah usang. Terdapat banyak bekas pamflet dan juga coretan-coretan dari pilox. Sudah berjalan cukup jauh tapi dirinya masih saja belum menemukan orang yang di maksud.

Tak lama dirinya duduk di halte tersebut, terlihat sebuah bus kota yang datang dan berhenti di depannya. Mungkin sang sopir mengira bahwa Widya tengah menunggu bus untuk dinaiki, tapi ternyata bukan. Bus tersebut berhenti karna memang ada beberapa orang yang turun dan dua diantaranya adalah pengamen yang membawa ukulele kusam di tangan salah satunya. Pengamen tanggung dengan umur sekitar 18 tahunan.

Merasa tak ada keperluan, mereka berdua langsung berjalan pergi dari area halte, namun sebelum cukup banyak mengambil langkah, Widya memanggil mereka dan mereka yang merasa terpanggil membalikkan badannya dengan tatapan bingung.

"Ada apa, bu?"
"Kalian udah makan belum?", geleng mereka berdua.
"mau makanan ga?"
"Wah, mama bu? Mau dong"

Kedua pengamen tersebut langsung menghampiri Widya dengan semangat karna akan di berikan makanan secara gratis. Saat itu Widya ingin tertawa rasanya melihat reaksi mereka yang terlihat sangat senang saat akan di beri makanan. Ingin tertawa tapi dirinya juga merasakan sebuah rasa iba pada keduanya untung saja keputusan Widya tepat untuk di berikan kepada mereka. Jika saja mungkin makanan yang bagi orang-orang seperti mereka itu sangat berharga akan Widya buang.

"Iya ini, sabar-sabar makanan masih banyak kok", sambil memberikan bungkusan makanan.
"oh iya, biasanya teman-teman kalian atau pengemis pada dimana ya? Soalnya ibu cari daritadi ga ketemu satupun, baru ketemu sama kalian"
"Lah, ibu memangnya ada keperluan apa cari orang-orang kaya kita?"
"ibu kan punya banyak makanan, mah daripada mubazir ibu mau kasih ke orang aja"

"Kalo temen-temen sih jam segini biasanya lagi pada pencar semuanya, bu. Paling kalo ibu mau pengemis, biasanya ada di fly over, tapi kalo memang cari yang banyak di perkampungan dekat sungai itu", sambil menunjuk ke arah perkampungan kumuh yang tak lumayan jauh dari posisi Widya.
"kalo gitu kalian bisa anterin ibu kesana ga? Ibu mau bagi-bagi makanan ini"

Terlihat mereka berdua saling pandang dan dari tatapan mereka seperti sedang berkomunikasi. Setelahnya mereka sama-sama tersenyum dan mau mengantarkan Widya ke perkampungan.

Dari percakapan singkat yang terjadi, Widya mengetahui kedua pengamen terebut dimana anak yang membawa ukulele bernama Juned, sementara satunya lagi bernama Ahmad. Penampilan keduanya tak jauh beda seperti pengamen pada biasanya yang terlihat dekil dengan keringat yang membasahi tubuh. Bukan maksud Widya untuk mendiskriminasi, tapi bau badan mereka memang menyengat. Bau keringat dan bau polusi kendaraan bercampur menjadi sebuah keharmonisan bau yang....tak membuat nyaman.

Sesuai dengan namanya "perkampungan kumuh", tempat yang Widya lihat memang seperti itu adanya. Becek, banyak sampah dan serba semrawut dimana-mana dengan pola rumah yang tak beraturan. Tapi bagi Widya sendiri tak terlalu diambil pusing karna tujuannya ke tempat tersebut bukan untuk berwisata, melainkan untuk memberikan apa yang ia punya sebagai rasa kepedulian terhadap sesama. Walau tak sampai di kondisi seperti itu tapi setidaknya Widya pernah mengalami masalah hidup sangat sulit tentang perekonomian sehingga hatinya masih punya rasa kepedulian yang cukup besar.

Sesampainya disana saat Widya berjalan mengikuti langkah Juned dan Ahmad banyak penghuni disana yang menatap dirinya. Selain karna terkesima dengan Widya sendiri, mungkin mereka memang heran karna ada wanita dengan penampilan bersih nan cantik bersambang ke tempat kumuh.

Setiap lorong sempit dan juga panas yang Widya lalui selalu saja banyak pasang mata yang menatap dirinya. Awalnya memang biasa saja tapi lama kelamaan tatapan mereka dirasa seperti tatapan yang tengah menelanjangi. Bahkan tak sedikit pula dari mereka yang bersiul sambil menggoda di kala Widya lewat. Widya mencoba untuk bersikap biasa saja dan ramah dengan cara tersenyum untuk menyapa tapi senyuman Widya malah membuat para lelaki itu bersorak ria. Rasanya memang tak nyaman di perlakukan seperti itu tapi Widya harus menahannya.

"Mampir ke rumah abang dong, neng!"
"Ngeri! Ada wanita cantik kesini. Mantap juga lu berdua bisa ajak perempuan model gitu kesini"
"mau lu apain di ajak kesini? Jangan di bawa bungkus sendiri, bagi kita juga dong"
"hati-hati, neng jalanannya licin ntar jatuh pantat sama teteknya bisa sakit loh"
"Bener banget tuh neng, daripada sakit karna jatuh mending sama kita, ga sakit kok malahan enak nanti. Hahahaha..."

Walau kebanyakan dari mereka menggoda dengan ucapan-ucapan menjijikkan tapi ada beberapa juga yang memilih untuk diam tapi matanya masih sama menatap dirinya dengan lapar. Terlepas dari tempat seperti itu bisa saja sangat dan mungkin juga tak ada wanita seperti Widya yang berkunjung sehingga datangnya Widya serasa seperti sebuah daging enak untuk di santap.

Ahmad dan Juned membawa Widya masuk lumayan dalam ke dalam perkampungan. Mereka berhenti tepat di ujung perkampungan dimana di sana bersebelahan langsung dengan rel kereta api, hanya di pisahkan oleh tembok pembatas. Di tempat tersebut juga lumayan luas dan sepertinya tempat tersebut memang menjadi penampung atau pengepul rongsok.

Tempat tersebut juga terlihat sekitar empat orang yang sedang bekerja memilah barang-barang yang ada. Mendapati kehadiran Juned dan Ahmad serta Widya juga, salah satu dari mereka bertanya tentang sosok perempuan yang mereka bawa. Juned menjelaskan siapa dan apa niat Widya ke perkampungan.

"tadi saya dengar dari si Juned katanya ibu mau bagikan makanan?"
"iya, pak...."
"maaf tangan saya kotor, bu. Nama saya Oman"
"Gapapa, pak. Saya Widya"
"oh iya bu Widya silahkan duduk dulu pasti jalan dari depan kesini capek", tawar Oman kepada Widya untuk duduk diatas kursi yang terbuat dari bekas karet ban.

"OI, LU PADA! KUMPUL SINI ADA YANG MAU KASIH MAKANAN FAKIR KAYA LU!", teriak Oman pada taman-temannya yang sedang bekerja.

Terlihat ketiga orang yang tadinya sibuk dengan pekerjaannya kini sudah berbaris di depan Widya dengan penampilan mereka yang lusuh dengan baju yang kotor dan juga baunya hampir sama seperti bau badan Juned serta Ahmad.

Dengan berbaris seperti anak SD yang tengah mengantre di beri permen, mereka berjejer dengan rapi menerima kotak makanan. Jumlah orang dengan semua makanan sudah pasti tak imbang dengan begitu Widya meminta tolong pada Juned dan Ahmad untuk membagikannya ke orang-orang yang lain sampai habis. Mereka berdua menyanggupi dan langsung pergi berlalu. Perginya kedua pengamen itu, kini Widya ditinggal bersama dengan Omar dan juga ketiga temannya. Entah siapa nama mereka karna mereka tak mengebalkan diri dan lagian tak terlalu penting juga.

"Tempatnya mungkin sangat tak layak buat ibu, tapi jika bu Widya berkenan, duduk disini aja dulu. Lagian masih capek kan dan juga lihat tuh, cuaca masih panas banget", ucap Omar sambil menunjuk ke arah langit.
"memangnya ga ganggu, pak?"
"kalo misalkan bu Widya ganggu sudah saya usir kali, bu. Hehehe..."

Dengan menerima niat baik pak Omar yang mengizinkan untuk berisrihat sejenak, Widya memosisikan duduknya di atas kursi dari bahan ban bekas itu senyaman mungkin karna untuk pertama kalinya Widya duduk di kursi seperti membuat pantatnya merasa sedikit sakit oleh bahannya, ya walau seperti sedikit ada peer nya karna memang karet lentur tapi tetap saja.

"biasnya yang bapak tampung rongsok dari apa saja, pak?", tanya Widya mencoba untuk lebih ramah dan juga mempercair suasana.
"Paling banyak botol-botol plastik sih, bu tapi kadang kalo emang ada besi juga kita terima"
"Botol kac— EH!!"

BRUG!!! Mungkin karna sudah usang dan di taruh di luar terkena hujan dan panas membuat karet kursi tersebut tak kuat menahan tubuh Widya yang tak bisa diam karna terus-terusan mencari posisi yang nyaman dan pada akhirnya putus mengakibatkan pantat Widya jatuh, masuk terjerembap ke dalam.

Oman dan ketiga temannya uang mengetahui langsung menghampiri Widya guna untuk menolongnya namun karna pantat dan juga setengah badan Widya masuk membuatnya susah untuk di keluarkan. Karna jatuhnya itu kedua kakinya terangkat ke atas sampai lututnya ikut menyentuh di kedua payudaranya dan membuat kaki jenjang Widya yang mulus bisa mereka lihat dengan jelas sampai batas lutut.

"aduh, gimana ini pak?"
"Tenang aja, bu. Maaf sebelumnya, ibu boleh saya angkat badannya ga?"
"Yaudah deh, pak yang penting saya bisa keluar"

Sikap biasa yang di tunjukan oleh pak Oman sedari tadi sebenernya ia sedang menyembunyikan rasa ketertarikannya terhadap Widya, dimana birahi yang ia punya keluar saat melihat kedatangan Widya pas di bawa oleh Juned dan Ahmad. Mau bagaimanapun Pak Oman juga pria normal dan ia juga di besarkan dari ekonomi rendah sehingga berhubungan dengan perempuan bukan hak baru lagi bagi dirinya, bahkan pak Oman juga sering menyewa Pelacur yang biasanya mangkal di dekat perkampungan.

Karna insiden kursi jebol itu memberikan sebuah kesempatan bagi pak Oman untuk memegang tubuh Widya yang telah menarik keluar birahinya. Saat mencoba menarik kaki Widya awalnya memegang pada pergelangan kaki dan dengan alasan susah, pak Oman menaikkan lagi pegangnya dan begitu seterusnya hingga tangannya memegang bagian paha.

Terasa lembut dan padat berisi paha Widya di tangan pak Oman. Bukan sebuah alasan, tubuh Widya memang sulit untuk di tarik keluar sehingga pak Oman memberikan saran lagi yaitu dengan membalik posisi Widya supaya seperti tengah menungging. Nantinya salah satu temannya akan menarik kedua tangan Widya sementara dirinya berada di belakang Widya menarik kursinya. Tapi itu hanya muslihat dari pak Oman karna ia ingin melihat bentuk pantat Widya yang terjebak itu dengan jelas.

Posisi Widya kini sudah di balik oleh mereka berempat dengan sekarang pantatnya tersembul jelas menampilkan bentuknya di depan pak Oman sementara bagian atasnya menyatu dengan kedua kakinya hanya bisa diam. Ia tatap dengan takjub bentuk pantat Widya uang sangat membuatnya tergoda itu, rasanya ingin ia tampar dengan keras bulatan pantat tersebut. Batang kontolnya yang tersembunyi di balik celana kolor yang tak memakai celana dalam itu kini terlihat jelas mengacung, hanya saja Widya tak bisa melihat karna posisinya itu.

"gimana, pak?", tanya Widya menyadarkan pak Oman yang hanya diam berdiri di belakangnya menikmati bulatan pantat yang tersaji di depannya itu.
"Eh, iya bu", pak Maman mulai menarik kedua sisi kursi tapi tak di lakukan secara serius karna pak Maman ingin Widya tetap di posisi tersebut.

Lama kelamaan karna terus di setang oleh birahi, pak Maman memberi isyarat pada ketiga temannya dan salah satu dari mereka beranjak dari tempatnya untuk mengambil gunting yang tadinya di gunakan untuk bekerja memotong botol plastik.

Temannya sudah menuruti instruksinya sekarang giliran dia. Pak Oman menyuruh dua temannya lagi yang masih memegangi kedua tangan Widya lalu secara serentak pak Oman dan kedua temannya mengangkat tubuh Widya untuk mereka bawa ke belakang rumah. Widya yang merasa tak beres dengan perilaku mereka yang tiba-tiba mengangkat tubuhnya mencoba memberontak tapi karna posisinya sehingga Widya tak bisa maksimal untuk bergerak.

"Apa-apaan ini, pak? Saya mau dibawa kemana? Lepasin saya dulu, sakit kalo di angkat kaya gini, pak"
"tenang aja bu Widya. Kita bantu ibu kok buat keluarin"
"yaudah keluarin disini aja, kenapa harus pindah tempat, pak?"
"soalnya kalo disini bisa dilihat orang ,bu dan lagian saya bukan hanya mau keluarin ibu dari kursi, tapi mau keluarin yang lain", sambil mengangkat Widya ke belakang, pak Oman meremas pantat Widya.
"maksudnya apa ini, pak?!"
"Hehehe...pantat ibu memang mantap banget. Kita senang-senang dulu, bu. Saya ga pernah ngerasain perempuan kaya ibu soalnya. Hehehe..."
"Lepasin saya, pak!! Kalo bapak-bapak ga lepasin saya, saya bakal teriak!"
"teriak aja, bu. Teriak yang keras! Apakah ibu tadi pas jalan kesini banyak yang goda ibu? Kalo iya silahkan saja teriak tapi jangan menyesal kalo mereka nantinya juga bakal minta jatah sama ibu. Bu Widya teriak berarti ibu harus terima kalo orang-orang di sekitar sini bakal gilir ibu. Hahahaha...."

Apa yang pak Oman bilang ternyata ada benarnya juga karna selama perjalanan masuk, Widya selalu mendapatkan tatapan menelanjangi dan juga di goda dengan kata-kata yang sangat kurang ajar. Berteriak sama saja Widya mengundang lebih banyak pria yang bakal menikmati tubuhnya. Entah itu berapa orang tapi yang jelas jumlahnya bisa banyak. Membayangkan di gilir sebanyak itu saja sudah membuat Widya pusing, jika memang terjadi sudah pasti dirinya akan berulang kali pingsan.

Di saat sedang memikirkan konsekuensinya akan di terima saat Widya berteriak, ia disadarkan saat kain gamis di bagian pantatnya serasa di sobek dengan gunting. Widya juga baru sadar ternyata sudah berada di belakang rumah dimana disana tempatnya tertutup oleh tembok pembatas antara rel kereta apa, sedangkan bagian samping kanan dan kiri tertutup oleh tembok seng.

Pak Oman telah menggunting kain gamis yang Widya pakai pada bagian pantatnya dengan pola lingkaran besar. Bukan hanya kain gamisnya tapi celana dalam putih yang Widya pakai juga sudah di gunting sehingga lubang pantat dan memeknya sudah terbuka jelas, terpampang di depan pak Oman dan satu tamannya lagi yang tadi mengambil gunting. Mereka berdua benar-benar terkesima dengan pemandangan yang mereka lihat dimana lubang pantat Widya terlihat mulus serta warna dan bentuk memek Widya yang tak kalah menggairahkan.

PUK!!! PUK!!! PUK!!!

Pak Oman menepuk memek Widya beberapa kali sehingga menimbulkan bunyi yang cukup menggairahkan. Ia juga meremas kedua bongkahan pantat Widya dengan gemas dan mungkin lebih condong ke remasan keras. Mendapat perlakuan seperti itu tam ayal membuat Widya merintih merasakan perih di pantatnya.

"pantatnya mantap, memeknya jauh lebih manta, bu. Kayaknya saya harus ucapin terima kasih ke Juned sama Ahmad karna udah bawa barang bagus kaya gini"
"eh, kayaknya nanti saya beri mereka izin buat main sama bu Widya juga ya. Ibu juga harus ucapin terima kasih ke mereka karna udah bawa ibu kesini, soalnya di sini bakal ada kontol yang mau puasin ibu. Hehehe....", ucap pak Oman sambil berjalan memutar dan memosisikan tubuhnya berdiri dengan lutut di depan kepala Widya. Setelahnya, pak Oman langsung mengeluarkan batang kontolnya yang sudah sangat tegang itu dan saat kolornya di turunkan, kontolnya langsung menampar keras wajah Widya.

Posisi Widya benar-benar tak bisa berbuat apapun. Bagian bawahnya terjebak di kursi sementara kedua tangannya di pegangi oleh kedua teman pak Oman. Dalam kondisi seperti itu membuat Widya merasakan sakit di punggungnya karna kedua kakinya harus menekan payudaranya sehingga seperti duduk selonjoran tapi kepalanya seakan sedang mencoba untuk di tempelkan di lutut.

"buka mulutnya, bu. Ini ada sosis enak buat ibu nikmati. Hehehe....", sambil menyodok-sodokan ujung kontolnya di bibir Widya, tapi Widya tak bergeming sehingga membuat pak Oman kesal. Untuk memaksa Widya membuka mulutnya, pak Oman memencet hidung Widya supaya ia tak bisa bernafas dan nantinya akan mengambil udara dari mulutnya.
"ayo buka mulutnya, bu", kali ini sambil mengusapkan batang kontolnya ke seluruh wajah seakan sedang memperkenalkan bahwa kontol tersebut yang nantinya akan menggenjotnya.

Manusia rata-rata hanya bisa menahan nafas selama 1 sampai 2 menit saja, ada yang lebih bahkan sampai 11 menit itupun juga orang-orang tertentu yang bisa. Berbeda dari Widya yang memang tak pernah menahan nafasnya lebih dari 30 detik sehingga baru saja sekitar 15 detik, Widya sudah merasa tersiksa untuk lebih lama menahannya lagi sehingga karna mulai kehabisan nafas, mau tak mau Widya membuka mulutnya untuk menelan udara. Tapi saat mulutnya terbuka, bukan udaralah yang ia telan melainkan kontol pak Oman karna saat terbukanya mulut Widya, pak Oman langsung memasukkan batang kontolnya itu.

Alih-alih memperoleh udara segar, Widya malah harus menerima serangan kontol pak Oman. Memang Widya masih bisa bernafas karna ukuran kontol pak yang masuk kategori standar itu membuat mulut Widya tak terlalu penuh. Bahkan kontol pak Herman lebih besar dari pada milik pak Oman ini. Satu-satunya yang membuat pak Oman menang dari pak Herman hanya uratnya. Ya, pak Oman memiliki tonjolan urat di kontolnya yang terasa jelas.

Berhasil memasukkan batang kontolnya, pak Oman tak menyia-nyiakan kesempatannya itu. Ia langsung menggerakkan pinggulnya untuk menstimulasi batang kontolnya bergerak keluar masuk merogoh mulut Widya yang terasa hangat, lembut dan sangat nikmat itu.

"Aakkkkhhhhssssss.....enak banget mulutmu, bu. Sssshhhhh....Sering makan kontol ya? Sssshhhhh....", racaunya sambil menggerakkan pinggulnya maju mundur dan juga kedua tangannya memegang kepala Widya yang di lapisi oleh kerudung.

Entah kenapa pelecehan yang terjadi sekarang pada dirinya membuat Widya kurang suka. Sejak dirinya mulai menjadi pemuas anaknya dan juga mulai jatuh cinta pada anaknya sendiri, Widya mulai tak terlalu menginginkan keluasan dari orang lain selain dari anaknya sendiri. Seperti saat ini, apa yang Widya rasakan rasanya sama seperti dirinya pada saat di perkosa untuk pertama kali.

Rasa tak suka yang Widya rasakan membuat dirinya tak sadar menggigit batang kontol pak Oman yang tengah menjejali mulutnya dan keluar masuk disana. Walau Widya melakukannya tak kuat tapi tetap saja akibat gigitannya itu pak Oman mengerang sakit dan beberapa detik kemudian sebuah tamparan melayang, mendarat di pipi Widya cukup keras. PLAK!!! Terlihat amarah tersirat jelas di wajah pak Oman.

PLAK!!! PLAK!!! Beberapa tamparan susulan harus Widya terima lagi, bahkan pak Oman menampar kedua pipinya. Rasa panas merambat melalu pipi hingga wajah.

"DASAR LONTE!!!", umpat pak Oman.
"LU HARUSNYABPUASIN KONTOL GUE, BUKANNYA DIGIGIT. DASAR BETINA GA GUNA!!!", umpatnya benar-benar dengan emosi sambil menjambak Widya dari luar jilbab yang ia pakai.

CUIH!!! CUIH!!! Di ludahinya wajah Widya beberapa kali hingga wajah cantiknya itu mengalir ludah pak Oman yang bau.

"kalo bu Widya ga mau saya kasar, bu Widya hanya perlu turutin aja apa mau saya", ia usap lembur pipi yang tadi sempat ia tampar seolah-olah emosi pak Oman memang selalu bisa berubah secara drastis.
"Sekarang buka lagi mulutmu, bu", karna takut akan di tampar lagi nantinya, Widya hanya bisa menurut dengan membuka mulutnya lagi secara perlahan.

Kontol pak Oman kembali masuk ke dalam mulut Widya dan ia kembali melakukan gerakan maju dengan sesukanya seakan mulut Widya memang hanya sekedar alat pembersih kontolnya. Gerakan maju mundurnya yang langsung di ritme cukup cepat membuat Widya kewalahan dan beberapa kali terlihat mual dengan mata yang berkaca-kaca tapi pak Oman serasa tak melihat penderitaan Widya itu, ia tetap saja memorak-porandakan seisi mulut Widya dengan cepat dan dengan kenikmatannya.

GLOK!!! GLOK!!! GLOK!!!

"tak pernah bapak nemu mulut yang bisa terima sodokan kontol ini, akhirnya kontol bapak nemu yang pas, bu dan mulut itu punya bu Widya. Aaakkkkhhhhss....jadilah pembersih kontol saya ini, bu nanti saya bayar pake peju. Sssshhhhh...nikmatnyaaaa..."

Terlihat jelas bahwa pak Oman menikmati momen tersebut dimana kontolnya bisa keluar masuk di mulut Widya dengan leluasa mengorek kenikmatan yang di sediakan. Sementara itu ketiga teman pak Oman yang ternyata bawahannya hanya bisa menonton apa yang sedang bos mereka lakukan terhadap mulut perempuan cantik yang tak berdaya itu. Dua diantaranya masih memegangi tangan Widya dan satunya lagi masih berdiri di posisinya melihat pantat serta lubang memek Widya yang terpampang jelas.

Sebenarnya ketiga bawahnya itu sangat ingin merasakan apa yang sedang bosnya lakukan tapi mereka tak berani dan menunggu untuk mendapat izin serta giliran mereka, walau harus bersabar sambil merasakan kurang nyaman akibat batang kontol mereka yang juga sudah sangat tegang di balik celananya.

"Pakkgghh tolonghh lepasin Sawya ulu....bahdan Sawya sahitt", pinta Widya di sela genjotan kontol pak Oman di mulutnya karna kaki serta punggungnya sudah sangat pegal dan juga sakit akibat posisi menekuk seperti itu.
"Saya lepasin, tapi bu Widya jangan coba-coba buat berontak apa lagi kabur. Jika ibu sampai kabur, saya bakal suruh orang-orang dingin buat gilir ibu seharian penuh. Kalo perlu bu Widya bakal kita sekap disini buat kita gilir sampai puas. Jika hal utu terjadi, bu Widya hanya akan bisa bermimpi untuk keluar dari sini dan pastinya Bu Widya bakal di gilir tiap harinya", Widya menggeleng bahwa dirinya tak akan kabur.
"Baik kalo gitu", ucap pak Oman sambil menarik lepas batang kontolnya uang sudah sangat basah oleh liur Widya.

"lu bertiga, lepasin tubuh bu Widya dari kursi ini"

Mendapat perintah dari bosnya itu, ketiganya langsung menuruti dan sebisa mungkin mereka mencoba cara untuk melepaskan tubuh Widya. Dengan beberapa cara, akhirnya Widya terlepas juga dari penderitaannya. Ia bisa meregangkan otot-otot tubuhnya dengan bebas lagi setelah keluar dari kursi sialan itu dan jika tak ada insiden kursi jebol, mungkin Widya tak akan sampai mendapatkan perlakuan seperti itu dari pak Oman.

Setelah tubuh Widya terlepas dari kursi, pak Oman menyuruh pada Widya untuk terlentang di tanah sambil mengangkangkan kedua kakinya dengan baju gamisnya yang di singkap sampai sebatas perut. Lubang memeknya yang merekah itu menjadi santapan lezat bagi mata keempatnya, termasuk pak Iman sendiri dimana ia langsung memosisikan kepalanya di selangkangan Widya.

Apa yang akan di lakukan oleh pak Oman sudah bisa dengan jelas di tebak bahwa ia akan mengoral memek Widya dengan mulut serta juga dengan lidahnya. Menikmati tekstur serta rasa dari memek Widya itu sendiri.

"Indah banget, bu memeknya. Udah ngelahirin berapa anak?"
"S...satu, pak"
"pantas saja kelihatan masih sangat bagus kaya gini. Kalo gitu saya tambahin satu lagi ya, bu. Bu Widya bakal saya buntingin"
"Pasti enak banget rasanya bisa tanam benih di sini dan nantinya pasti anak saya bakalan ganteng banget soalnya pas dia di keluarin dari memek seindah ini sih"

Posisi mulutnya kini hanya berjarak beberapa senti saja dari mulut memek Widya. Pak Oman mulai menjulurkan lidahnya untuk menyentuh bibir memek Widya. Menggunakan lidahnya ia mulai jilat secara lembut bagian tersebut dan berpindah pada klitorisnya. Lidah pak Oman yang menari tengah memainkan klitoris membuat Widya mulai merasakan geli dan tubuhnya secara perlahan mulai menggelinjang.

SLURP!!! SLURP!!!

Menggunakan bantuan jarinya, pak Oman mengorek memek Widya untuk mengeluarkan lendir yang sudah mulai terlihat membasahi ke area luar. Ia sedot dengan sangat menikmati seolah-olah sedang menikmati sebuah sup yang di letakan di atas piring menggunakan mulutnya langsung tanpa bantuan sendok.

Pak Oman korek secara dalam jarinya ke dalam memek Widya sampai satu jarinya masuk sepenuhnya. Merasakan hangat dan kedutan-kedutan kecil yang di terima oleh jarinya membuat pak Oman semakin gemas pada Widya sehingga ia menambahkan satu harinya lagi dan ia kocok dengan ritme sampai cairan Widya keluar dengan cara muncrat ke keluar membasahi semua jari dan juga lengan pak Oman, bahkan cairan kewanitaan Widya sampai membasahi tanah.

"wah keluar banyak banget, bu. Sange ya? Hahaha....atau pengen cepet-cepet saya kontolin? Hahahaha", ejek pak Oman sambil tertawa dan ketiga bawahannya juga tertawa menanggapi ejekan bosnya itu.
"pake jari aja udah ngucur deras kaya gini apalagi saya kocok pake kontol, bu. Banjir yang ada. Hahahaha...."

SLURP!!!! SLURP!!!! SLURP!!!!

Pak Oman kembali menyedot cairan yang kini sudah keluar banyak membasahi memek Widya. Ia jilat dan ia sedot sampai habis karna rasa asin bercampur gurihnya itu membuat pak Oman sangat ketagihan dengan cairan kewanitaan Widya tersebut. Sampai-sampai pak Oman menjilati juga jari serta lengannya yang basah terkena semprotan cairan milik Widya tadi.

"Sedap banget, bu. Gurih"
"Memek ibu sudah basah, sekarang waktunya buat kontol saya masuk buat genjotin ibu. Hehehe...", ucapnya sambil memegangi batang kontolnya yang masih sangat tegang mengacung dengan gagahnya???

"p...pelan-pelan , pak", pinta Widya.

Sebenarnya ia ucapkan karna khawatir akan kandungannya, dimana janin yang sedang ia emban adalah benih dari anaknya sendiri. Widya takut jika pak Oman terlalu kasar menyetubuhi dirinya bisa membuat janinya mengalami masalah. Widya tak mau jika janin yang ada di perutnya sampai terkena imbasnya karna ia ingat bahwa anaknya, Evan sangat menginginkan untuk dirinya bisa hamil anaknya.

"enakkan ngentotin Lonte pake cara yang kasar, bu"
"jangan, pak. Saya.....saya lagi hamil soalnya", terlihat raut wajah terkejut dari pak Oman maupun ketiga bawahannya.
"seriusan, bu?", Widya mengangguk.
"wah keberuntungan macam apa lagi ini? Bisa genjotin bini orang terus bini orang yang kaya Lonte ini juga lagu bunting? Gila beruntung banget saya"
"laki mu tau ga kalo kamu tadi bagiin makanan?"
"tau, pak", bohong Widya seolah-olah dirinya masih memiliki sosok suami di hidupnya karna ia tak mungkin bilang jika suaminya telah meninggal dan pastinya nanti pak Oman akan menanyakan perihal dirinya bisa hamil darimana.
"terus laki lu sekarang dimana? Jangan bilang kalo dia lagi nunggu di luar kampung"
"ga, pak. Suami saya lagi kerja sekarang"
"wah-wah....lakinya kerja nyari duit, bininya malah ikutan kerja, tapi Kerjaanya nge'lonte nyari kontol. Hahaha....dasar istri ga tau diri kamu, bu. Istri Lonte. Dah punya suami, anak mau dua tapi kelakuannya malah kaya Pelacur. CUIH!!!!", leceh pak Oman dengan meludahi Widya lagi tepat di wajah, memek dan juga di baju gamis Widya pas di perutnya.

"kamu kalo dah lahir nanti harus tau, kalo ibumu pas kandung kamu itu sukanya nyari kontol. Ibumu bawa kamu diperut sambil nge'lonte. Hahahaha..."

Pak Oman yang sudah tak tahan lagi membentangkan kedua kaki Widya ke kanan dan kiri lalu ia memosisikan tubuhnya di tengah-tengah selangkangan Widya. Sambil memegang kontolnya, pak Oman mengarahkan ke bibir memek Widya dan secara perlahan ia mulai menjejalkan masuk bagang kontolnya itu. Rasa hangat, lembut, kenyal langsung menyerang kontol pak Oman secara sedikit demi sedikit melalui proses penetrasinya itu.

Perlahan namun pasti bahwa kontol pak Oman semakin lebih masuk ke dalam sampai pada satu sentakan terakhir yang dilakukan cukup keras membuat seluruh batang kontolnya tertelan habis oleh memek Widya dengan sempurnya. Sentakan keras itu juga membuat tubuh Widya terlonjak.

Seluruh batang kontolnya terasa sepeti sedang di manjakan oleh pijatan-pijatan kecil serta bercampur rasa hangat dari memek Widya membuat pak Oman terlena seperti sedang merasakan berada di surga. Memang benar kata orang, jika surga dunia bagi pria adalah terletak di wanita dan itu memang benar adanya.

Pak Oman mendiamkan sejenak batang kontolnya itu untuk meresapi rasa nikmat yang sedang menjalar ke tubuhnya. Setelah hampir satu menit batulah ia mulai menggerakkan pinggulnya untuk menggenjot selangkangan Widya dengan perlahan.

"aaakkkkhhhhss.....enak banget memekmu ini, bu. Seret, gila. Kontol saya kaya di remas sama memekmu. Aaakkkhhsssss..... Sssshhhhh...."
"Pasti kontol lakimu kecil ya jadinya masih sempit kaya gini walau mau anak dua", sebenarnya Widya ingin menjawab bahwa kontol pak Oman lebih kecil dibanding milik almarhum suaminya dan juga kalah jauh dari kontol milik Evan.

Walau pak Oman melakukan genjotan pelan, tapi itu hanya diawalnya saja karna kini pak Oman mulai meningkatkan genjotan kontolnya pada memek Widya sedikit lebih cepat dan bertenaga lagi sehingga tubuh sintalnya yang terbaring tak berdaya di atas tanah ikut terlinjak maju mundur seirama dengan genjotan kontol pak Oman. Bunyi khas kedua kelamin saling bertabrakan mulai terdengar dengan jelas.

PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!!

Baru saja lewat dari tiga menit pak Oman menikmati sempitnya jepitan memek Widya, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang mendekat dari arah depan. Suara langkah kaki itu bukan milik satu orang tapi lebih.

Pak Oman yang menyadari langkah kaki tersebut yang kian mendekat menghentikan genjotan di memek Widya dan Widya oun sekarang menjadi takut jika orang tersebut adalah tetangga atau penghuni perkampungan yang lainnya. Pak Oman menyuruh ketiga anak buahnya itu untuk melihat serta menahan siapa yang datang itu dengan masih menancapkan kontolnya di memek Widya.

Masih dalam proses penyatuan dimana Widya terlentang di tanah dengan kedua kakinya terbuka lebar sementara pak Oman masih menjejalkan kontolnya di lubang peranakan Widya. Mereka berdua menunggu kabar tentang siapa orang yang masuk ke rumahnya.

Salah satu dari ketiga anak buah pak Oman datang lagi sambil memberitahukan siapa orang-orang tersebut. Dari suara berbisik yang Widya dengar, Widya menangkap bahwa mereka adalah mahasiswa yang akan melakukan tugas pengamatan di perkampungan tersebut dan yang mereka incar untuk membantu menyelesaikan tugas, mereka memilih tempat serta pekerjaan pak Oman sebagai bahannya.

"yaudah suruh mereka kesini", Widya sangat kaget mendengar ucapan pak Oman dimana pria tersebut menyuruh mahasiswa itu untuk ke belakang rumah dan itu artinya mereka akan melihat dirinya yang sedang mengangkang di jejali oleh kontol pak Oman.
"bapak apa-apaan sih? Jangan lakuin itu, pak"
"bu Widya tenang aja"

Saat Widya tengah berdebat dengan pak Oman, ketiga bawahan pak Oman muncul lagi namun bertambah dengan dua orang mahasiswa di belakangnya. Sudah pasti dua mahasiswa itu sangat kaget saat melihat pak Oman tengah menyatukan kelaminya dengan Widya.

Raut wajah mereka yang kaget malah di tanggapi oleh pak Oman dengan santai dan pak Oman malah menggerakkan batang kontolnya dengan pelan menggesek dinding memek dalam Widya. Sambil menggerakkan batang kontolnya, pak Oman mengenalkan pada Widya siapa dua orang mahasiswa tersebut. Benar-benar gila pria itu. Karna kegilaan pak Oman itu, Widya menutupi wajahnya dengan ujung jilbab yang masih ia pakai.

Walau begitu Widya masih tetap mendengar karna telinganya masih berfungsi dengan normal dan dari pengebalan pak Oman itu, Widya dibuat menjadi kaget beserta bertanya-tanya dalam dirinya. Soalnya dari pengenalan pak Iman itu bahwa kedua mahasiswa tersebut berasal serta jurusannya sama dengan Evan. Widya juga teringat bahwa Evan beberapa hari lalu pernah bercerita tentang kegiatan kampusnya itu, dimana ia dan Deni akan survei tempat yang sudah di rencanakan namun gagal dan karna hal itulah Evan serta anggota kelompoknya harus mencari tempat lain lagi.

"tapi kayaknya bukan, soalnya diantara mereka tak ada Deni sedangkan kelompok Evan dengan Deni. Mereka memang satu jurusan dan juga satu tingkat dengan anakku, tapi mungkin saja mereka berbeda kelompok dan aku juga belum pernah bertemu dengan mereka", batin Widya.

Widya masih bisa bernafas lega karna itu bukan kelompok anaknya. Tapi itu hanya berlangsung sesaat sebelum Widya kembali harus dibuat tak percaya untuk ke sekian kalinya. Apa yang ditanyakan oleh pak Oman kepada dua mahasiswa itu sukses membuat Widya merasakan lemas.

"itu....temen kalian yang dua lagi mana? Sssshhhhh....enak banget ini memek", tanya pak Oman kepada dua mahasiswa tersebut sambil menggenjot pelan Widya.

"Oh, itu Deni sama Evan katanya ga bisa ikut. Deni lagi ke rumah saudaranya di luar kota sedangkan Evan ga jelas tuh alasannya pak. Oh iya, pak....ngomong-ngomong....", ucap salah satu mahasiswa sambil mengarah ke Widya yang tengah di genjot oleh pak Oman.

"Ini tadi nemu pelacur yang memeknya gatal katanya mau di garuk pake kontol makanya saya bantuin. Ini Lonte lagi bunting", jawab pak Oman melecehkan Widya.
"wah bisa dong pak kita ikut icip-icip?"
"Boleh aja"
"Serius, pak?!", tanya mereka dengan sangat semangat.
"tapi harus bayar 500 kalo mau"
"yaelah kirain gratis, pak. Tapi segitu kemahalan lah, pak"

Hohoho....tanpa pak Oman sadari bahwa perempuan yang sedang ia genjot ternyata ibu dari anak yang dia tanyakan tadi dan kedua mahasiswa itu tak tahu jika perempuan yang akan mereka bayar adalah ibu nya Evan. Apakah Evan nantinya akan tau? Apakah Deni juga akan ikut di lain kesempatan?

.
.

*Bersambung....

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1446 H/2025 M

 DARI ADMIN MENGUCAPKAN SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1446 H/2025 M MOHON MAAF LAHIR & BATIN