Esok hari, lagi-lagi Jaka tidak terlihat di sekolah. Niko yang menyadari bahwa Jaka pasti berada di rumahnya seakan tidak dapat berbuat apa-apa. Nyalinya begitu kecil untuk mengatakan apa yang sebenarnya dia rasakan, rasa sakit melihat mamanya diambil orang lain, mengkhianati papanya dengan cara begitu. Dia menyesal karena membawa Jaka ke rumah, Niko merasa dia sendirilah yang menyebabkan hal ini terjadi. Seharusnya dia tidak menyetujui ide mamanya untuk membawa teman segala. Hatinya sangat sakit, pedih tak terkira. Seharusnya aku melawan, tapi kenapa hanya diam begini, sial, batinnya.
Niko melihat perbuatan bejat Jaka lagi pada mamanya saat dia pulang ke rumah. Ya.. Jaka memang sengaja tidak sekolah tadi dan melakukan hal ini lagi. Esok hari dan seterusnya selalu begini, sekarang sudah seminggu Jaka tidak sekolah dan malah datang ke rumah Niko. Melakukan hal mesum terhadap ibu kandung Niko disaat papa dan anaknya tidak di rumah.
Pagi itu lagi-lagi Jaka datang ke rumah Niko. Kebetulan sejak dua hari lalu suaminya sedang ada keperluan bisnis di luar kota selama seminggu.
“Dasar kamu Jaka, udah seminggu kan kamu gak masuk sekolah?” tanya Anisa saat membukakan pintu untuk Jaka.
“Hehe.. biarin tante”
“Dasar kamu.. dikasih tahu malah bandel” kata Anisa gemas mencubit pipi Jaka.
“Tante, Jaka bawa teman nih..”
“Hah? Rese ah kamunya gak bilang-bilang.. kan tantenya bisa siap-siap dulu.. hihi” kata Anisa karena saat itu Anisa hanya mengenakan kemeja putih dan celana dalam saja. Ternyata di belakang Jaka ada tiga orang temannya yang lain. Dada Anisa entah kenapa jadi berdebar seperti ini. Dia penasaran apakah akan terjadi gangbang pada dirinya hari ini. Sebuah fantasi liar yang dia miliki dari dulu.
“Ya udah.. ajak teman-temanmu masuk deh..”
Saat masuk ke rumah, mereka mencium tangan Anisa layaknya anak yang baik, membuat Anisa jadi tersenyum. Mereka semua ternyata sudah sma, sepertinya itu teman-teman Jaka yang memang seumuran dengannya. Tampak penampilan mereka acak-acakan, dengan seragam yang lusuh dengan beberapa coretan. Jelas dari penampilan mereka kalau mereka adalah murid yang suka bolos sekolah, merokok, bahkan tawuran.
“Anggap rumah sendiri yah.. Kalian mau minum apa?” tanya Anisa menawarkan.
“Susu kalau ada tante..” kata salah satu dari mereka dengan lancangnya. Dia lalu tertawa diikuti teman-temannya.
“Ye.. kalau itu nanti dong.. kalian pasti kebagian kok semuanya”
“Stoknya gak terbatas ya tante? hehe” goda salah satu dari mereka.
“Iya.. gak abis-abis pokoknya… hihi” jawab Anisa mengikuti pembiacaraan porno mereka.
“Jadi kalian mau minum apa nih? Tante bikinin es teh aja ya?” kata Anisa lalu menuju ke dapur. Setelah membuatkan es teh untuk mereka berempat, Anisa ikut duduk dan mengobrol dengan mereka.
“Nih minumnya..”
“Makasih tante” kata mereka hampir bersamaan.
“Nama kalian siapa aja sih? Satu sekolah semua?”
“Iya tante, saya Rido tante..”
“Bimo tante..”
“Saya Amir tante..” kata mereka bergantian memperkenalkan diri.
“Tante, katanya Jaka sering kesini yah? Ngapain aja tuh tante?” tanya Amir.
“hmm? Dasar kalian pura-pura gak tahu.. mana mau kalian datang kesini kalau gak diberi tau Jaka.. dasar” mereka tertawa mendengar kata-kata Anisa.
“Terus kami boleh juga gak tante?”
“Boleh ngapain? Ayo udah mesum aja..” goda Anisa.
“Itu tante… ngentotin tante” kata Rido vulgar.
“Hushh.. gak sopan amat, datang-datang minta gituan, tante bilang suami tante ntar hihi..” kata Anisa sambil tertawa.
“Jadi gak boleh yah tante?”
“Hmm.. boleh nggak yah..” goda Anisa lagi main tarik ulur.
“Boleh dong tante.. kalau gak boleh ntar kita paksa lho.. hehe” kata Rido.
“Huu.. enak aja maksa-maksa. Boleh deh.. dari pada tantenya kalian perkosa.. hihi”
“Hehe.. gitu dong tante.. kan enak.. hehehe”
Jaka dari tadi hanya diam saja memperhatikan teman-temannya menggoda Anisa. Dia hanya tersenyum-senyum saja melihat bagaimana teman-temannya menggoda wanita bersuami ini.
“Terus mau sekarang?” pancing Anisa.
“Hehe.. boleh..” langsung mereka menyerbu Anisa, mereka berlomba-lomba melepaskan pakaian yang mereka kenakan. Salah satu fantasi liar Anisa sepertinya akan terwujud hari ini, melakukan gangbang dengan mereka.
Mereka mulai menjamah tubuh Anisa bersamaan, menciumi dan menggerayangi Anisa. Kemeja yang digunakan Anisa sudah terbuka bagian depannya tapi masih dibiarkan tergantung dibadan Anisa, sehingga memberi kesan seksi. Mulut mereka berganitan mencicipi nikmatnya asi dari buah dada Anisa yang sekal. Mereka seperti ingin menyedot habis seluruh isi buah dada tersebut dan tidak menyisakannya untuk bayi kecil Anisa.
“Duh.. geli, dasar kalian, beraninya keroyokan”
“Hehe.. tapi tante suka kan kalau kita keroyok gini?”
“Huh, dasar mesum..” kata Anisa sambil tertawa.
“Aww.. pelan-pelan sayang..” kata Anisa ke Rido karena menggigit putingnya cukup keras.
“Tante gak larang kalau mau gigit, tapi pelan-pelan dong.. jangan keras-keras amat”
“Ini satu, jarinya nakal amat nyolek-nyolek memek tante..” kata Anisa pura-pura kesal ke Amir. Mereka hanya tertawa dan terus saja melakukan aksi mesumnya sambil bergantian menetek. Vagina Anisa bergantian dikobel oleh tangan-tangan nakal mereka, tangan mereka bergantian merasakan seluk beluk liang Vagina wanita bersuami ini.
“Udah ah, kalian nakal. Sini tante jilatin dulu kontol kalian..” tawar Anisa nakal. Mereka berempat kemudian berdiri mengelilingi Anisa yang bersimpuh di bawah mereka. Anisa mulai menjilati penis mereka satu persatu sambil mengocok penis lainnya. Lagi asik-asiknya menikmati penis para remaja tersebut, Anisa dikejutkan oleh suara tangisan Windy.
“Duh.. anak tante bangun tuh.. bentar yah, sepertinya dia lapar” kata Anisa beranjak dari hadapan mereka dan menjemput bayinya di kamar. Anisapun kembali dengan menenteng bayinya tidak lama kemudian.
"Kamu nakal yah sayang ngangguin mama jilatin kontol mereka, kasian tuh om-om itu udah mupeng banget sama mama.. hihi" kata Anisa iseng mengajak bicara bayinya saat kembali duduk di antara para remaja itu.
"Kamu lapar yah sayang? ayo cepetan mimik, kalo ga mama kasih om-om itu loh susunya.." kata Anisa sambil menyodorkan buah dadanya ke Windy sambil melirik tersenyum manis ke arah para remaja yang tentunya makin mupeng melihat tingkah Anisa itu. Si kecil Windy yang memang sedang lapar tentu saja langsung mengulum buah dada Anisa. Kalaupun ia mengerti apa yang dikatakan mamanya tentu saja dia juga tidak akan mau mereka mengambil air susu mamanya.
“Mau lanjutin gak?” tawar Anisa sambil masih menyusui Windy.
“Gak apa tante?” tanya mereka heran.
“Iya.. gak papa kok” Sungguh gila, sekarang Anisa malah mengulum penis mereka bergantian yang mana Windy masih digendong dan menyusu padanya. Tangan Anisa menggendong bayinya, sehingga kini tidak bisa lagi mengocok penis mereka. Sungguh liar dan binal sekali pemandangan tersebut. Mereka bergantian menyuapi dan membenamkan penis mereka bergantian ke mulut Anisa, yang mererima penis mereka sambil tertawa-tawa sedangkan Anisa sendiri masih menyusui bayinya, atau dapat dikatakan keduanya sama-sama sedang menyusu, si kecil Windy menyusu ke ibunya sedangkan ibunya menyusu ke penis-penis remaja itu. Pemandangan itu membuat para remaja tersebut terkagum dan terheran-heran melihat betapa binal dan nakalnya Anisa. Apalagi kemeja yang masih menggantung ditubuhnya serta celana dalam yang masih tersisa menambah kesan seksi padanya. Anisa sendiri merasakan sensasi luar biasa. Sempat juga terlintas sebuah pikiran nakal Anisa kalau tiba-tiba suaminya pulang dan menemukan dirinya sedang berbuat mesum dengan para remaja berandal ini, tapi semakin dia pikirkan entah kenapa dia semakin terangsang dibuatnya.
Tapi tiba-tiba Anisa dikagetkan oleh kehadiran Niko yang tiba-tiba datang dan menghantamkan tinjunya ke salah satu dari mereka hingga orang itu tersungkur. Tidak terima temannya dipukul, mereka langsung mengejar dan menghajar Niko hingga Niko pun tersungkur. Melihat anaknya dihajar membuat Anisa berteriak histeris minta berhenti.
“Berhentiii… tolong berhenti.. ya Tuhan.. please stooooppppp!!!” teriak Anisa mencoba menghentikan mereka. Mereka pun akhirnya mau berhenti. Tampak disana Niko meraung kesakitan dihajar beramai-ramai. Tentu saja naluri keibuan Anisa muncul untuk menolong anaknya tersebut. Dia letakkan bayinya dan pergi ke tempat Niko tergeletak kesakitan.
“Sayang.. kamu gak apa-apa?” tanya Anisa cemas. Tapi Niko tampak menepis tangan Anisa, kemudian bangkit dan jalan tertatih menuju ke kamarnya. Hati Niko menahan sakit yang lebih dari pada yang dirasakan tubuhnya ini.
“Sayang?” panggil Anisa lirih. Niko terus saja berjalan ke kamarnya dan menghilang di balik pintu. Para remaja tersebut malah tertawa cengengesan saja melihat hal itu. Anisa sendiri ingin ke kamar Niko untuk memastikan keadaan anaknya, namun dicegah oleh para berandal tersebut. Mereka menarik lagi Anisa ke sofa dan mulai menjamah Anisa lagi. Anisa juga merasa tidak nyaman dihatinya, entah kenapa semua ini bisa terjadi dan berakhir seperti ini. Dia berusaha tetap tersenyum pada para remaja mesum ini walaupun pikirannya berkecamuk. Tetap saja melayani nafsu mereka padahal anaknya sedang merintih di sana. Suara erangan dan rintihan pun terdengar se isi rumah itu. Termasuk Niko yang mengurung diri di kamar. Niko dengan pandangan kosong menatap ke lantai kamarnya, suara-suara erangan mamanya terdengar jelas dari sini. Parahnya, mereka bahkan menginap di sana malam itu, menggangbang Anisa dengan liarnya sepanjang malam, menggenjot lubang vagina dan anus Anisa dalam waktu bersamaan, menyiram tubuh Anisa dengan sperma mereka, baik di dalam maupun di sekujur tubuhnya. Niko hanya menghabiskan waktunya mengurung diri di kamar malam itu, telinganya dicekoki suara-suara yang membuat hatinya semakin dan semakin sakit.
Esoknya, hari minggu. Saat keluar kamar Niko melihat mamanya masih saja dicabuli orang-orang itu. Mereka bahkan tertawa cengengesan ke arah Niko, sedangkan mamanya ingin menyapa Niko tapi sayang mulut Anisa saat itu sedang tersumpal penis. Hari itu, hampir sepanjang hari juga Niko melihat dan mendengar hal-hal mesum yang dilakukan terhadap mamanya tersebut, meskipun lebih banyak dia habiskan waktunya mengurung diri di kamar. Baru menjelang malam mereka pulang dari sana setelah hampir dua hari menginap.
Anisa merasa tidak nyaman di hatinya, dia putuskan untuk menemui Niko setelah dia membersihkan diri dan meniduri bayinya. Dia ketuk pintu kamar Niko, tapi tidak ada yang menjawab. Anisapun lalu membuka pintu kamar yang tidak terkunci itu. Dia lihat anaknya sedang menonton tv di kamarnya, dengan pandangan hampa.
“Sayang.. maaf yah sampai kayak ini. Kamu marah yah sama mama?” tanya Anisa, tapi terlihat Niko hanya diam saja. Ya.. melihat hal gila seperti itu setiap hari perlahan membuat mental Niko hancur, dia sekarang jadi sering menyendiri, bermenung dan hilang selera makan.
“Sayang? Kok diam?”
“Dasar pelacur..” jawab Niko dingin. Alangkah terkejutnya Anisa mendengar perkataan anaknya, dadanya serasa dihantam, air matanya ingin menetes. Anisa sadar dia telah melakukan hal yang betul-betul gila, sesuatu yang telah menyakitkan hati anaknya.
“Sayang..” kata Anisa lirih.
“dasar.. PELAACUUUUR!!” teriak Niko pada Anisa.
“Plaaakk” sebuah tamparan keras hinggap di pipi Niko, meninggalkan jejak merah disana. Air mata Niko menetes, dia kini menangis. Anisa yang merasa bersalah memeluk anaknya tersebut, membiarkan Niko menangis dalam pelukannya. Anaknya menangis tersedu-sedu di sisinya. Tapi entah bagaimana mulanya, kini tangan Niko mengusap dan memeluk tubuh Anisa dengan penuh nafsu. Mulutnya menciumi bibir Anisa bertubi-tubi seperti seorang kekasih yang lama tak jumpa.
“Sayang.. kamu kenapa?” tanpa menghiraukan pertanyaan mamanya Niko terus saja menjamah tubuh Anisa. Niko dorong tubuh Anisa sehingga kini Anisa terlentang di ranjang. Sekilas, Anisa melihat ke mata anaknya, tatapan matanya kini sudah berubah, tidak seperti Niko yang dia kenal sebelumnya. Pandangan mata dingin yang dipenuhi nafsu. Niko melanjutkan menindih tubuh ibunya tersebut, menjamah dan menciumi wajah Anisa penuh nafsu. Sekarang, dengan tergesa-gesa Niko melepaskan celananya, serta melepaskan celana dalam yang digunakan Anisa dari balik roknya. Dengan kesetanan dia hujamkan penisnya ke vagina ibunya tersebut.
“Sayang..” kata Anisa lirih. Anisa merasa hatinya teriris, tidak menyangka perbuatannya ini telah merubah kepribadian anaknya. Dia sungguh menyesal, tapi sekarang sudah terlambat, biarlah yang akan terjadi terjadilah. Dia akhirnya mengikuti permainan Niko, sambil Niko menyetubuhinya dengan brutal, Anisa melayani ciuman anaknya. Niko menyetubuhi ibunya dengan brutalnya, entah kenapa sekarang dia menjadi lebih tahan untuk tidak segera ejakulasi. Sepertinya pelatihan dari Anisa berhasil, meski memerlukan pengorbanan yang besar akhirnya, sebuah pengorbanan yang tidak mereka sangka ini bisa terjadi.
“Sayang.. terus.. entotin mama.. puasin nafsu kamu ke mama yang selama ini kamu pendam.. iya.. terus sayang.. maafin mama baru bisa memberinya sekarang.. oughh.. puaskan nafsumu anakku.. puaskan..” rintih Anisa.
“Oughh…”
“Ngmmhh.. sayang..”
Suara erangan mereka terdengar memenuhi kamar Niko. Saling bersahutan hingga akhirnya Niko menumpahkan spermanya ke dalam rahim Anisa, ke tempat dia lahir dulu.
“Sayang.. kamu puas?” tanya Anisa lirih ke Niko.
“Iya mah.. maafin Niko” kata Niko yang sepertinya telah sadar apa yang telah dia lakukan.
“Gak papa sayang.. biarlah yang sudah terjadi begitu adanya. Mulai sekarang mama milik kamu. Kamu gak usah segan dan malu lagi minta ke mama” mereka kini saling berpelukan. Malam itu mereka melanjutkan satu ronde lagi sebelum tidur bersama. Kini dan seterusnya, Anisa telah merelakan tubuhnya untuk dinikmati Niko, anaknya.
***
Esoknya , Jaka masih saja datang ke rumah itu. Tapi kini dia hanya datang sendiri. Meski begitu ternyata Anisa tidak disetubuhi Jaka seorang, ya.. sekarang Niko ikut bersamanya, menyetubuhi ibunya, Anisa. Mereka melakukan threesome antara Anisa, Jaka, dan Niko.
“Oughh… Sayang.. terus anak-anakku.. setubuhi aku..” racau Anisa menggila. Kedua lubangnya dimasuki penis mereka. Jaka menggenjot lubang vaginanya sedangkan anaknya, Niko menggenjot lubang anusnya.
“Mah.. enak.. mau keluar..” erang Niko.
“Saya juga tante.. udah gak tahan” erang Jaka.
“Keluarin di mulut mama aja sayang..” pinta Anisa. Mereka mencabut penis mereka dan berdiri di depan Anisa yang kini bersimpuh dan membuka mulut lebar-lebar di bawah mereka.
“Croot.. crooot” penis mereka memuntahkan lahar putih yang berlomba-lomba memasuki mulut Anisa. Tampak begitu banyak lelehan sperma di mulut Anisa, mulutnya tidak kuasa menampung semuanya hingga beberapa tercecer ke dagunya dan menetes di pahanya. Sebelum menelan sperma mereka, Anisa memanjakan mata remaja tersebut dengan memainkan sperma mereka di mulutnya. Mengenyam-ngenyamnya seperti makan nasi, berkumur-kumur dengan sperma tersebut hingga akhirnya dia menelan seluruh sperma tersebut masuk ke dalam lambungnya.
“Gimana? Puas?” tanya Anisa sambil tersenyum manis ke mereka.
“Iya tante.. puas banget hehe..”
“Iya mah.. makasih yah ma..”
“Hihi.. kan mama udah nih minum ‘susu kental’ dari kalian, sekarang giliran kalian deh kalau mau juga minum susu mama, mau nggak nih?” tanya Anisa menggoda.
“Mauuu..” sorak mereka serempak menyerbu buah dada Anisa. Mereka menyusu ke kedua payudara Anisa. Jaka sebelah kanan, dan Niko sebelah kiri.
“Hihi.. sabar dong kaliannya.. sisain untuk Windy juga..” tapi mereka terlalu sibuk mengulum dan meminum susu dari payudara Anisa hingga tidak mendengar apa yang dikatakannya. Anisa hanya tersenyum saja sambil mengusap rambut keduanya. Sesekali dia tertawa kecil kegelian karena permainan lidah dan gigi mereka.
Sejak saat itu mereka terus melakukan hal tabu tersebut, bahkan saat papanya ada di rumah. Saat itu Niko mengajak Jaka untuk menginap di rumah. Tentu saja papanya tidak curiga sama sekali karena merupakan hal yang biasa. Tapi malamnya saat papanya sudah tertidur, barulah Anisa dikerjai, di belakang suaminya, oleh anaknya dan teman anaknya. Niko juga mulai ikut-ikutan membolos walau tidak sesering Jaka, Niko berpura-pura ke sekolah dan berpamitan pada kedua orangtuanya seperti biasanya.
“Ma.. Pa.. Niko berangkat dulu” Kata Niko pamit mencium tangan ke dua orang tuanya.
“Maaf papa gak bisa antar hari ini juga..” kata papanya karena dia juga akan berangkat kerja.
“hati-hati sayang..” kata Anisa.
Saat mencium tangan ibunya, Niko sempat berbisik pelan ke Anisa.
“Mah.. tungguin yah.. bentar lagi Niko pulang” bisik Niko.
“Dasar kamu, sekolah tuh yang benar, pake cabut segala.. ya udah, tapi cepetan yah.. hihi” bisik Anisa juga. Niko juga ikutan tertawa kecil.
“Daaaah.. pa… ma…” Niko meninggalkan rumah, tapi yang tanpa sepengetahuan papanya, setelah papanya berangkat kerja, Niko malah kembali ke rumah. Menghabiskan harinya bermesraan dengan ibunya, Anisa. Mulai dari sekarang, apa yang akan terjadi hanya mereka yang tahu dan tetap akan menjadi rahasia mereka.
“Ma.. Papa pergi dulu yah.. hati-hati di rumah”
“Iya.. Papa yang hati-hati di jalan, mama kan ada Niko yang jagain. Awas ya kalau Papa macam-macam singgah kemana-mana, tak hajar nanti.. hihi” Bisa-bisanya Anisa berkata demikian, padahal dia yang selalu macam-macam selama ini saat suaminya tidak ada.
Untuk beberapa hari ini, Panji suami Anisa harus ke kampung halamannya mengunjungi mamanya yang tiba-tiba jatuh sakit. Dari kabar yang mereka dapatkan mamanya terserang demam tinggi. Tapi Panji sendiri tidak tenang dan ingin memastikan keadaan mamanya langsung. Awalnya Anisa sendiri ingin menemani suaminya, tapi suaminya menolaknya karena kasihan Windy yang masih kecil yang harus ikut perjalanan jauh. Yang tidak disadari oleh Panji bahwa itu adalah keputusan yang salah.
“Hahaha.. gak bakal lah ma, kan udah punya istri begini cantiknya” kata Panji menggoda istrinya. Anisa sendiri tersenyum mendengarnya, sebuah senyuman yang memiliki arti lain bagi Anisa. Maaf yah suamiku, istri yang kamu bilang cantik ini yang malah bermain dibelakangmu, ada orang lain yang menikmati kecantikan istrimu ini, anakmu dan temannya, batin Anisa.
“ Niko, Papa minta tolong jagain mama sama adik kamu ya..”
“Sip, Beres pa.. serahin ke Niko”
Jadilah kini Anisa ditinggal bersama anak-anaknya selama seminggu. Tapi Panji tidak tahu, apa yang sebenarnya istrinya lakukan di rumah saat dia tidak ada. Perselingkuhan bejat istrinya. Ya.. seperti biasa, tidak hanya Niko yang menikmati Anisa, tapi juga Jaka. Dia lagi-lagi menginap di rumah Niko. Berlagak bagaikan raja menikmati fasilitas rumah itu termasuk menikmati tubuh Anisa untuk beberapa hari kedepan.
“Kamu lapar Jaka? Udah makan belum?” tanya Anisa menawarkan makan ke Jaka saat baru tiba bagaikan seorang ibu yang menawarkan anaknya makan.
“Belum tante, kebetulan.. duh enak benar punya mama kayak tante.. udah cantik, baik, bisa dientotin lagi. Bolehkan Jaka anggap tante mama Jaka? Hehe..”
“Hihi.. iya.. anggap aja mama kamu sendiri, tapi masa mama sendiri dientotin?” tanya Anisa ke Jaka, tapi matanya melirik ke Niko yang berada tak jauh dari sana yang memang anaknya sendiri yang telah menyetubuhi dirinya. Niko yang dipandangi seperti itu jadi salah tingkah sendiri.
“Niko, kamu mau makan lagi?”
“Gak ma, kalau minum susu sih boleh ma.. hehe”
“Hu.. dasar. Kita tungguin Jaka makan dulu, abis itu kita mandi sore bareng yah..”
***
“Oughh.. enak tante.. ngghh…”
“Iya sayang.. entotin tante sesuka hatimu, kamu gimana Niko? Ngghh.. enak?”
“Enak ma..”
Mereka bertiga kini berbasah-basahan di dalam kamar mandi dibawah guyuran air shower. Tampak tubuh indah wanita dewasa Anisa dijepit dalam tubuh ceking pria remaja Jaka dan Niko. Posisi Anisa menghadap ke atas, dengan Niko berada dibawah menggenjot anus mamanya sedangkan Jaka menghimpitnya dari atas menusuk vagina Anisa. Butiran-butiran air pada kulit serta rambut basah Anisa membuat kedua remaja tersebut makin bernafsu menyetubuhinya. Sosok wanita sempurna yang kini sedang disetubuhi oleh anaknya sendiri dan temannya, yang dengan senang hati dan tanpa paksaan memberikan kenikmatan pada kedua remaja tersebut.
“Enak sayang?”
“Oughh.. enak tante.. Jaka bakal kasih tau suami tante.. kalau tante binal” racau Jaka disela-sela genjotannya.
“Hihi.. berani kamu emang? Nggmmhh.. emang.. gimana kamu kasih tahunya?” kata Anisa balik menggoda. Jaka kemudian menghentikan genjotannya.
“Om, om.. Jaka kemarin ngentotin tante Anisa loh waktu om pergi.. enak banget empotan memeknya, Jaka sampai ngecrot berkali-kali om ke memek tante” kata Jaka berpura-pura layaknya sedang berbicara pada suami Anisa.
“Apa kamu bilang?” kata Jaka lagi menirukan bicara Panji yang sedang kaget.
“Iya.. Om, enak banget.. kita ngentotin tante terus menerus om.. Niko juga ikutan kok ngentotin mamanya.. pokoknya memek tante Anisa penuh peju kita tuh om. Terus kita juga genjotin pantatnya Om, sempit banget. Om pasti gak pernah kan rasain bool tante? kasian deh Om keduluan kita..” sambungnya lagi. Gilanya, Anisa malah tertawa cekikikan mendengar omongan Jaka ini yang seperti melecehkan suaminya itu. Dia malah menganggap omongan bejat Jaka tersebut hal yang lucu. Niko sendiri hanya tersenyum kecut mendengar omongan Jaka ini yang seakan melecehkan kedua orang tuanya.
“Hahaha.. kamu ini.. paling beraninya cuma disini aja.. hihihi” kata Anisa.
“Berani kok tante.. tante mau kasih apa kalau Jaka berani ngomong kaya gitu ke Om?” Anisa dengan gemasnya mencubit pinggang Jaka karena perkataannya yang sepertinya memang nekat ngomong ke suaminya tersebut.
“Ighh.. kamu ini.. hihi”
“Emang ngentotin istrinya Om kaya apa?” kata Anisa yang kini malah ikut-ikutan menirukan gaya bicara suaminya. Jaka yang mendengar Anisa ikut-ikutan makin membuat dirinya senang dan bersemangat.
“Kaya gini Om..” sambil mengatakan itu, Jaka kembali menggenjot vagina Anisa.
“Hihi.. kaya apa sih itu? Gak kerasa.. yang benar dong.. Niko tunjukin juga dong gimana kamu ngentotin mama kamu.. hihi..” kata Anisa memancing. Mendengar hal itu, Jaka mempercepat adukan penisnya di dalam vagina Anisa, begitu pula halnya Niko yang menggenjot anus mamanya.
“Benar sayang kamu dientotin mereka?” kata Anisa lagi masih pura-pura jadi suaminya.
“Benar pah.. keroyokan, kaya gini.. brutal dan kasar amat.. hihi” jawab Anisa sendiri. Kedua remaja yang mendengar hal itu kini makin menjadi-jadi menggenjot lubang depan dan belakang Anisa.
“Kaya gitu pa.. lihat kan pa? ngghh.. kasar banget kan pa? masa sih mereka ngentotin istri Papa sekasar itu, kurang ajar banget kan pah? ngmmhh..” kata Anisa makin larut dalam permainan pura-pura dilihat suaminya itu.
Tubuh Anisa sampai terlempar-lempar kuat karena hentakan penis Jaka dan Niko yang makin menjadi-jadi, tapi Anisa malah tertawa cekikikan diselingi desahan karena apa yang baru saja mereka guraukan barusan. Menganggap itu adalah sebuah gurauan yang lucu. Sebuah gurauan yang entah apa jadinya kalau menjadi kenyataan. Entah apa jadinya kalau Jaka benar-benar mengatakan hal itu pada suaminya. Dan entah apa jadinya kalau suaminya melihat istri yang dicintainya sedang disetubuhi dengan liarnya oleh anaknya sendiri dan teman anaknya. Tapi satu hal yang pasti, Anisa semakin bergairah karena membayangkan itu semua.
Tangannya memeluk erat Jaka yang sedang menindihnya, kukunya seperti menancap di punggung Jaka. Vaginanya semakin berdenyut karena membayangkan suaminya sedang melihat dirinya seperti sekarang ini, yang disetubuhi dengan buasnya oleh anaknya sendiri dan temannya. Membuat Jaka tidak kuat lagi menahan kenikmatan jepitan vagina Anisa pada penisnya. Begitupun Niko, ia merasa jepitan Anus mamanya semakin sempit saja menelan penisnya.
“Agghh… tante.. enak bangeeett.. gak kuat tante.. gak kuaaat” teriak Jaka melolong kenikmatan.
“Sama ma.. Niko juga gak kuat.. aaaahhh…”
“Kita barengan sayang.. Ayo Keluarin.. tumpahin semuanya ke dalam tubuh mama.. penuhi rahim dan anus mama dengan bibit-bibit kalian.. puas-puasin sayang.. lepaskan.. ayo lepaskan peju kalian.. nggmmh.. mama sampaiaaai… aaaahhhh” erang Anisa menjambak rambut Jaka.
“Crooott.. crooot” dengan hampir bersamaan mereka melepaskan sperma-sperma mereka masuk bertubi-tubi dengan banyaknya dan tanpa hambatan memenuhi rahim dan anus Anisa. Membuat bagian bawah tubuh Anisa makin penuh karenanya. Mereka merasakan kenikmatan yang luar biasa, sungguh beruntung sekali mereka, terlebih Jaka yang bukan siapa-siapa dapat menikmati tubuh wanita secantik Anisa ini.
“Hosh.. hosh.. puas? Enak kalian?” tanya Anisa berusaha tersenyum disela-sela kenikmatan yang baru saja diraihnya. Mereka berbaring sejajar kelelahan di atas lantai kamar mandi yang dingin dan basah.
“Enak tante.. duh.. peju Jaka terkuras semua hehe.. rawat anak Jaka yah tante..”
“Ihh.. kamu ini, jangan ngomong yang nggak-nggak deh, ntar tante beneran hamil anak kamu gimana ayo? Mau bilang apa ke om? hihi” kata Anisa malah tertawa renyah.
“Masa mau bilang gini, Pa.. aku hamil. Tau gak siapa yang hamilin? Niko dan temannya, Pa.. gak mungkin kan? hihi” lanjut Anisa bercanda. Kedua remaja yang mendengar candaan Anisa itu malah mupeng jadinya.
“Kalau gitu biar Jaka aja yang kasih tau kalau tante hamil anak Jaka.. hehe” kata Jaka iseng.
“hmm? Emang kamu gimana cara ngomongnya.. coba kasih tau tante..” kata Anisa sambil menghadapkan tubuhnya ke Jaka.
“Om, om.. Jaka udah bikin hamil istri om lho.. gak apa kan om kalau ntar Jaka tambahin anak lagi untuk tante anisa? Tapi om yang nanggung biaya hidup anak-anak Jaka yah? hehe” kata Jaka kurang ajar seenak pantatnya ngomong yang malah membuat Anisa tertawa geli mendengarnya.
“Dasar, gila kamu.. anaknya itu anak kamu masa suami tante yang nanggung” kata Anisa mencubit hidung Jaka.
“Kalau kamu sayang, gimana kamu ngomong ke Papa kamu?” tanya Anisa berbalik menghadap ke Niko yang karena Anisa juga tertarik ingin tahu bagaimana omongan anaknya itu.
“Nggmm.. gimana ya ma.. gak tau ma.. bisa dihajar Niko kalau ngomong gitu ke Papa” jawab Niko polos, membuat Jaka tertawa terbahak-bahak dan mamanya tertawa cekikikan.
“Kan cuma seandainya aja sayang, jangan dianggap serius gitu dong.. hihi.. kamu pasti punya fantasi juga kan? bebasin aja sayang ngomongnya.. coba.. mama mau dengar” kata Anisa lagi. Dengan masih ragu-ragu Nikopun mencoba mencurahkan isi pikiran mesumnya.
“Pa.. mama hamil anaknya Niko pa.. Niko udah ngentotin mama sampai hamil, Niko siramin rahim tempat Niko lahir dulu pakai peju Niko sendiri sampai mama hamil, gak apa kan pa?” kata Niko mencoba. Anisa tersenyum mendengar perkataan anaknya itu.
“Tuh kan kamu bisa.. hihi.. untung cuma mama yang dengar, coba kalau papa kamu. Nakal ya kamu hamilin mama kandung sendiri.. hihi” kata Anisa yang membuat Niko jadi malu-malu sendiri.
“Pengen coba?” tanya Anisa ke Niko.
“Eh, c..coba apa ma?”
“Hamilin mama kamu?” tanya Anisa dengan wajah menggoda semanis mungkin ke Niko yang membuat Niko jadi salah tingkah.
“Eh.. aaa.. i.. itu..”
“Hahaha.. Niko.. Niko.. grogian amat, mama kan cuma becanda.. hihi”
“Ya udah kalau Niko gak mau tante, biar Jaka aja yang hamilin tante.. Jaka mau kok..” serobot Jaka.
“Huu.. kamu maunya.. kalau kamu mah gak heran tante, kambing juga mau kamu hamilin.. hihihi..” Mereka pun tertawa terbahak-bahak bersama.
Mereka lalu mendekatkan mulut mereka ke buah dada Anisa. Mengulum dan menikmati air susu Anisa dengan nikmatnya secara bersamaan.
“Hihi.. dasar kalian gak ada puas-puasnya”
“Gak bakal puas tante.. Jaka kenyot lagi ya tante?”
“Iya.. iya.. mau kenyot, sedot, jilat, gigit, pokoknya suka suka kalian deh..” mendengar itu Jaka dengan semangatnya memainkan mulutnya di payudara kanan Anisa sesuka hatinya.
“Ayo Niko kamu juga jangan mau kalah, puas-puasin sayang, ntar dihabisin Jaka lho semuanya”
Mereka berdua kemudian menghabiskan waktu sejenak melepaskan rasa haus mereka karena pertempuran barusan. Memainkan buah dada Anisa seenak hati mereka tanpa batasan apapun. Jemari mereka juga asik bergeriliya di vagina Anisa yang masih becek.
“Ma.. Ntar susu mama habis nih.. ntar untuk Windy gak ada, gak apa ma?” tanya Niko polos.
“Hihi.. gak bakal habis kok.. kalau kalian mau habisin juga gak apa. Windynya kan bisa mama kasih susu bubuk. Daripada kaliannya yang mama kasih susu bubuk? Gak mau kan? hihi”
“Fuaahh..” suara erangan Jaka melepaskan kulumannya dari puting Anisa tiba-tiba, sepertinya dia ingin bicara. Tampak susu Anisa masih berlumuran di sekitaran bibirnya.
“Ya gak mau dong tante dikasih susu bubuk, untuk Windy aja” kata Jaka seenak jidatnya yang tidak tahu diri menyuruh Windy saja yang minum susu bubuk. Padahal seharusnya memang windy lah yang satu-satunya yang pantas mendapatkan ASI dari Anisa, bukan Jaka ataupun Niko ini. Tapi mendengar permintaan Jaka yang tidak tahu diri itu Anisa malah tertawa, membuat dadanya berguncang-guncang karenanya.
“Haha.. iya-iya, kamu ini.. ya udah, untuk kalian deh semuanya, habisin deh kalau kalian emang mau habisin, suka-suka kalian.. huh dasar”
Sungguh gila memang omongan Anisa, mendahulukan nafsu kedua remaja ini daripada bayinya yang seharusnya jadi prioritas. Memang Windy sudah boleh diberi makanan pendamping asi untuk umurnya sekarang ini, tapi tetap saja sangat ganjil sekali malah mendahulukan mereka. Tapi memang sensasi itulah yang membuat Anisa makin bergairah. Untung saja air susu Anisa tidak benar-benar habis oleh mereka.
Setelah puas menyusu mereka akhirnya keluar dari kamar mandi, Anisa sendiri yang mengeringkan tubuh mereka berdua. Mereka lalu beraktifitas seperti biasanya. Anisa kembali menjadi jadi ibu rumahan yang mengurus rumah, baik menyapu, memasak dan mengasuh bayinya. Niko dan Jaka juga mengisi waktu mereka sendiri, baik menonton tv ataupun bermain video game. Tapi mata mereka tetap tidak bisa lepas melihat sosok Anisa yang berkeliaran di rumah dengan pakaian santai yang menggoda birahi kelaki-lakian Niko dan Jaka. Anisa hanya mengenakan kaos lengan pendek dengan rok kembang selutut yang mudah tertiup angin. Anisa yang sadar jadi pusat perhatian mereka berusaha cuek dan tetap beraktifitas seperti biasa.
Malam harinya setelah makan malam, lagi-lagi Anisa menjadi tempat pelampiasan nafsu bejat Jaka dan Niko.
“Tante..” panggil Jaka ke Anisa setelah menghentikan goyangannya. Saat itu Jaka sedang menggenjot Anisa dalam posisi doggy sedangkan Anisa menjilati penis anaknya yang berada di hadapannya.
“hmm? Apa?” jawab Anisa setelah melepaskan kulumannya dari penis Niko.
“Gak mau telpon om, tante?”
“hmm? Emang kenapa sih?”
“Hehe.. Jaka pengen lihat nih tante teleponan sama om sambil tantenya Jaka entotin.. Omnya sadar gak yah tante? Hehe”
“Haa? gak mau ah, kurang kerjaan kamu..”
“Yah.. boleh yah tante. Gimana Niko? lo juga penasaran kan melihat nyokap lo kita entotin sambil teleponan dengan bokap lo?”
“hmm.. I-iya.. penasaran juga sih.. hehe” kata Niko sambil garuk-garuk kepala walaupun tidak gatal sama sekali.
“Tuh tante.. Nikonya juga penasaran tuh. Tante pasti juga mau kan? ngaku aja deh.. hehe” Anisa tersenyum mendengar permintaan Jaka ini, ya.. dia memang penasaran bagaimana rasanya teleponan dengan suaminya ketika bersetubuh dengan pria lain, terlebih Niko juga menyetujuinya. Apa anaknya juga mempunyai fantasi melihat mamanya disetubuhi orang sewaktu dia menelpon Papanya? Bisa aja kamu Niko, pikirnya.
“Sini Niko ponsel nyokap lo..” Suruh Jaka ke Niko untuk mengambil ponsel Anisa yang berada tak jauh dari Niko yang langsung dituruti oleh anaknya itu.
“Eh eh, tante kan belum bilang iya..” kata Anisa tapi tidak berusaha mencegah ponselnya beralih ke tangan Jaka. Dengan posisi masih seperti itu dan penis yang masih tertancap di vagina Anisa, Jaka mencari nomor suaminya Anisa yang dengan mudahnya dapat ditemukan.
“tut.. tut..” Nada sambung mulai terdengar. Entah kenapa Anisa jadi berdebar begini. Dia bakal melakukan hal gila yang baru pertama dia lakukan. Memikirkan dia akan disetubuhi pria lain selagi dia menelpon suaminya malah membuat birahinya semakin tinggi. Tidak butuh waktu lama suaminya sudah mengangkat panggilan tersebut.
“Halo sayang?” sapa suami Anisa di ujung telpon. Anisa masih diam sambil pura-pura menatap kesal ke Jaka.
“Ayo tante.. jawab dong..hehe” bisik Jaka sambil menyerahkan ponsel itu ke Anisa. Dengan wajah dicemberutkan Anisa akhirnya mengambil ponsel tersebut.
“halo” jawab Anisa.
“Gak ada apa-apa kok pa.. Cuma kangen aja..”
“Iya.. baiiiiiikk kok” dengan tiba-tiba Jaka menghentakkan pinggulnya membuat Anisa menjerit tertahan saat bicara. Anisa menatap kesal ke Jaka lalu mencubit pelan pahanya. Tapi Jakanya hanya cengengesan saja.
“Gak ada apa-apa kok pah.. Gimana kabar mama pa? ngghh.. udah baikan?” Tanya Anisa mengalihkan perhatian.
“Oohh.. sukur deh”
“Papa mau bicara sama Niko?” tanya Anisa ke suaminya sambil melirik ke Niko.
“Niko, nih Papa kamu mau ngomong..” kata Anisa menyerahkan ponsel itu ke Niko.
“Halo pa”
“Halo Niko, gimana keadaan rumah? Kamu jaga mama dan adik kamu dengan baik kan?” tanya Papanya dari seberang telpon. Niko sedikit tertegun mendengar pertanyaan menjaga mamanya dengan baik tersebut. Ya.. itu karena mamanya kini sedang disetubuhi orang lain, terlebih mamanya juga sedang menyepong penisnya.
“I..iya Pa, baik kok.. lagian di sini Niko juga ajak Jaka kok buat jagain mama” jawab Niko. Papanya yang mendengar jawaban Niko tentu saja tidak mempunyai pikiran yang aneh-aneh. Tapi sayang Papanya tidak mengetahui maksud sebenarnya dari jawaban anaknya itu.
“Ohh.. bagus deh”
“Jaka, tuh suami tante di telpon, berani emang kamu bilang?” kata Anisa menantang bermain api. Entah apa yang ada dipikiran Anisa menantang Jaka seperti itu. Anisa sepertinya jadi bergairah dengan kenekatannya ini.
“Berani kok, Om.. tantenya lagi Jaka entot nih..” kata Jaka pelan, yang tentunya tidak akan terdengar dari ponsel yang sedang dipakai Niko.
“Hihi.. beraninya jauh-jauh.. pelan lagi” kata Anisa makin menantang.
“Om.. istrinya Jaka entot nih..” kata Jaka lebih keras, untung saja masih belum terdengar oleh Panji. Niko yang sedang ngobrol dengan Papanya juga jadi panas dingin dibuatnya.
Sebenarnya Anisa tidak ingin juga kalau suaminya betul-betul mengetahui keadaan dirinya seperti sekarang ini, entah apa jadinya. Tapi dia sangat menikmati sensasi ini, dia ingin lebih nekat lagi, ingin lebih hampir ketahuan lagi.
“Niko, coba hidupin speaker ponselnya..” suruh Anisa ke anaknya. Niko sendiri juga bingung dengan kenekatan mamanya. Apa mamanya tidak takut ketahuan apa? pikirnya, tapi dia lihat mamanya malah tertawa tertahan sambil menempelkan telunjuk ke mulut ke arah mereka berdua sebagai isyarat agar tidak berisik. Nikopun menuruti permintaan mamanya untuk menyalakan speaker ponsel. Jadilah kini suara Papanya dapat terdengar oleh mereka bertiga, termasuk juga suara mereka bertiga yang akan dapat terdengar oleh suami Anisa. Bagi anisa, ini hampir memenuhi fantasinya. Bersetubuh dengan pria lain sambil mendengar suara suaminya yang tidak tahu apa-apa itu dari seberang telepon. Keadaan ini semakin membuatnya bergairah, vaginanya semakin becek. Sensasinya begitu nikmat dirasakan olehnya, dia ingin lebih lagi. Anisa mencoba sedikit memperkuat suara desahannya, begitu pula Jaka yang sedang menyetubuhinya dari belakang juga ikut-ikutan memperkuat desahannya. Suara paha Jaka yang menampar-nampar pantat Anisa juga makin keras terdengar. Sedangkan Niko masih asik melayani obrolan Papanya sambil penisnya masih dikocok dan dijilati Anisa.
“Niko suara apa ya itu? Kok berisik amat?” tanya Panji heran dari seberang telpon.
“Eh.. anu pa itu.. a.. anu..” Niko sendiri tidak tahu tidak tahu harus menjawab apa. Anisa yang melihat anaknya panik memberi kode pada Niko untuk mendekatkan ponsel itu padanya.
“Ngh.. Iya pa?” kata Anisa mengambil alih pembicaraan dari Niko. Tapi tetap dia masih dalam keadaan menyerahkan tubuh indahnya disetubuhi Jaka dan tangannya tetap mengocok penis Niko.
“Suara berisik apan tuh ma? Terus kok mama ngos-ngosan gitu?” tanya Panji lagi.
“Nggh.. gak kok pah.. ini mama sedang dien..” sebenarnya dia penasaran apa jadinya kalau dia meneruskan kata-katanya mengatakan kalau sedang dientot Jaka. Tapi dia tidak mungkin mengatakannya.
“Lagi apa mah?” tanya suaminya makin heran dan penasaran.
“Ah.. gak kok.. mama ada disana pa? aku mau ngomong dong..” kata Anisa mengalihkan pembicaraan ingin bicara dengan mertuanya. Panji yang masih bingung akhirnya harus merelakan rasa penasarannya dulu. Dia serahkan juga ponsel ke ibunya yang memang ada di dekatnya sekarang.
“Halo” sapa mertua Anisa.
“Assalamualaikum ma, Udah baikan ma?” tanya Anisa sopan. Kini posisi Jaka digantikan oleh Niko. Mereka mengobrol ringan selama beberapa saat dengan kondisi Anisa masih disetubuhi Niko. Tentu dengan Anisa tetap sesekali menahan desahan dan dengan nafas beratnya mengobrol dengan mertuanya, untung saja mertuanya tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Entah apa yang akan terjadi jika mertuanya melihat menantunya melakukan perbuatan gila dengan cucu dan teman cucunya seperti sekarang ini. Sosok menantu yang ia ketahui sopan dan saleh pada suaminya ternyata kini sedang mengkhianati kepercayaan suaminya dan sedang asik berzinah ria. Sungguh bertolak belakang dengan yang diketahui mertuanya selama ini.
Mereka akhirnya menyudahi acara teleponan itu. Anisa sendiri juga harus tetap waspada agar suaminya tidak terlalu curiga. Dia pikir cukup demikian untuk hari ini. Ya.. mungkin suatu saat dia bisa menunjukkan pada suaminya sesuatu yang lebih, dia penasaran kapan hari itu akan datang dan bagaimana reaksi suaminya pada hari itu. Dia ingin melihat wajah suaminya pada saat itu tiba.
Disana, saat ini suaminya masih bingung sendiri, dia menjadi sedikit curiga apa yang sedang istrinya lakukan disana. Mesti dia tidak berani berandai-andai berfikir buruk terlalu jauh tentang apa yang sebenarnya istrinya lakukan disana. Tapi memang itulah kenyataan yang tidak diketahui olehnya. Istrnya memang sudah berbuat terlalu jauh, bersetubuh dengan anaknya sendiri dan teman-teman anaknya.
Hari-hari selanjutnya selama Panji pergi, Anisa tetap menjadi pelampiasan kedua remaja tersebut. Beberapa kali juga mereka teleponan seperti saat itu. Anisa teleponan dengan suaminya sambil melayani penis Jaka dan Niko. Bahkan pernah tidak hanya mereka berdua. Tapi bertambah beberapa pria teman Jaka yang menikmati tubuh Anisa. Menggrepe-grepe tubuh indah Anisa yang seharusnya milik suaminya. Memainkan buah dada dan menyedot susu Anisa yang seharusnya milik Windy secara bersamaan. Semuanya mereka lakukan saat Anisa asik berbincang dengan suaminya di telepon.
“Ma, kok suasana ramai amat ya? Lagi dimana kamu?” tanya Panji curiga.
“Lagi nggmhh.. di rumah kok pa, ini Niko ajak teman-temannya main kesini, ramai amat.. aah.. aw.. geli”
“Geli? Kenapa kamu sayang?”
“Eh, gak kok pa.. Windy nih lagi minum susu” jawab Anisa ngeles. Panji sedikit tidak enak juga memikirkan Anisa sedang menyusui Windy di antara teman-teman Niko yang sepertinya sangat ramai itu. Tapi sebenarnya yang terjadi lebih sadis dari yang dipikirkan Panji. Anisa bukan sedang menyusui Windy, tapi sebenarnya sedang menyusui dua orang remaja sekaligus, bahkan kedua orang itu menggigit-gigit dan menarik-narik puting Anisa dengan gigi mereka membuat air susu Anisa muncrat-muncrat. Pria-pria lainnya di sana bahkan tampak lebih tua dari Jaka, ada juga yang tubuhnya begitu kurus yang tampak seperti seorang pecandu. Mereka dengan leluasanya memainkan vagina serta menggelitik dan menjilati bagian-bagian tubuh Anisa yang lain seperti wajah Anisa. Rangsangan yang begitu banyak lah yang sebenarnya membuat Anisa kegelian, bukan karena isapan Windy seperti yang Anisa katakan.
“Terus kamu sendiri udah makan kan ma?” tanya Panji.
“….”
“Ma?? Haloo? Masih disana mah?”
“….. Eh.. iya pah.. masih kok, apa tadi pa?” tanya Anisa lagi.
“Udah makan belum? Ngelamun kamu?”
“Udah kok pa.. gak ngelamun kok, cuma Windynya lagi aktif banget” ngeles Anisa. Bisa-bisanya Anisa berbohong, padahal yang terjadi sebenarnya adalah Anisa sedang menerima ciuman buas dari pria disana. Yang membuat obrolan Anisa harus terhenti dengan suaminya karena ciuman yang tiba-tiba ini.
Suara desahan Anisa juga terdengar semakin sering saja ketika mereka mengobrol. Walau Anisa berusaha menahan dan menutupinya, tapi tidak dapat dielakkan kalau itu memang suara desahan istrinya yang sedang merintih kenikmatan. Apa yang sebenarnya terjadi? batin Panji. Panji tidak ingin memikirkan hal buruk tentang istrinya. Tidak mungkin Anisa mengkhianatinya. Istrinya yang dia kenal selama ini begitu santun dan sopan terhadap dirinya. Sosok istri yang sempurna bagi dirinya dan anak-anaknya. Mana mungkin.. ya.. mana mungkin, pikir Panji.
“Ma.. udah dulu ya” kata Panji, dia tidak ingin lebih berperasangka buruk pada istrinya itu kalau ini tetap dilanjutkan, lebih baik dia hentikan obrolan yang membuatnya risau ini.
“Kok udahan pa?” tanya Anisa yang sepertinya masih penasaran bagaimana yang akan terjadi selanjutnya. Entah kenapa Anisa jadi ingin memancing rasa penasaran suaminya itu lebih jauh. Dia masih belum puas, dia masih ingin meneruskan ini hingga benar-benar sampai hampir ketahuan. Sungguh gila memang, tapi itulah sensasi yang Anisa ingin raih.
“Papa ada urusan bentar.. udah yah ma.. bye.. muach” kata Panji yang memang ingin menyudahi.
“Ya udah deh pa.. bye.. muach..” saat mengatakan muach itu sebenarnya Anisa malah mencium bibir salah satu pria disana. Sungguh menyakitkan hati bila Panji mengetahui ciuman itu bukan ditujukan padanya.
“Udah ah kalian dari tadi keroyokan mulu.. Kamu juga Jaka, mulut kamu ember banget pake ngajak teman kamu” kata Anisa setelah menutup telpon. Jakanya hanya cengengesan saja.
“Lebih hot tante kalau keroyokan gini.. kapan lagi bisa nge-gangbang istri orang secantik tante.. hehe” kata salah satu dari mereka sambil tetap mengorek-ngorek vaginanya yang namanya bahkan Anisa tidak ingat. Anisa hanya berusaha melawan dengan mengapitkan kakinya sehingga tangan pria itu tampak terjepit di pahanya, tangannya juga memegang tangan pria itu agar tidak lebih liar lagi bergeriliya mengorek liang vaginanya. Tapi hal itu malah menjadi sebuah pemandangan yang terlihat menggairahkan bagi mereka.
“Huh, Dasar kalian calon-calon preman mesum.. ya udah deh.. lakuin sesuka kalian.. hmm.. kalau kalian mau tante juga bakal pinjamin tubuh tante untuk nurutin semua fantasi mesum kalian.. asal gak gila-gila amat.. hihi”
“Wah.. Benar yah tante? Hehe..”
“Iya.. sayaaang..” kata Anisa tersenyum pada mereka. Kemudian dilanjutkan lah kembali acara gangbang liar itu. Mereka dengan seenaknya menyetubuhi bini orang secantik Anisa di rumahnya sendiri. Menguras semua kenikmatan dari seorang ibu di depan anak-anaknya. Melampiaskan fantasi-fantasi erotis mereka yang selama ini hanya ada di dalam benak mesum mereka.
Sedangkan di sana, Panji merenung sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Dia risau apa yang sebenarnya istrinya lakukan di sana. Tidak mungkin istriku membohongiku bukan? Dia tidak pernah berbohong padaku selama yang aku tahu, kata Panji membatin. Iya.. dia istriku yang setia, bodoh, kenapa aku sampai menganggapnya berbohong padaku, mana mungkin dirinya bermain dibelakangku. Terjadi perang batin di hati Panji, di antara harus mempercayai istrinya atau rasa curiga terhadap istrinya.
Tapi dia pikir tidak ada salahnya mencari kebenaran, itu lebih baik dari pada dia terus dihantui rasa curiga dan tidak melakukan apa-apa sama sekali. Dia tidak ingin dibodohi istrinya meskipun dia masih yakin dan percaya istrinya tidak akan mungkin melakukannya. Dia putuskan pulang lebih cepat dari jadwal yang dia katakan sebelumnya pada istrinya. Seharusnya Panji pulang dua hari lagi. Tapi dia putuskan untuk kembali besok. Panji harap semua dugaan buruknya itu salah.
***
“Duh.. kalian sampai kapan sih di sini terus? Katanya tadi udahan, Tante mau masak makan malam dulu ini.. udahan yah?” kata Anisa yang masih asik mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“Bentar tante, beneran terakhir kok..”
“Ampun deh Tante sama kalian.. ya udah.. dasar buas” kata Anisa sambil melepaskan celana dalamnya lagi, padahal dia baru saja selesai mandi dan baru saja ingin mengenakan pakaiannya. Sontak mereka bersorak kegirangan melihat aksi Anisa yang akhirnya mau membuka celana dalamnya itu.
“Hehe.. gitu dong tante.. duh.. wanginya badan tante, jadi gak tahan nih pengen genjotin, pasti enak.. hehe” kata salah satu mereka sambil menciumi harumnya rambut Anisa yang masih basah dan dengan lancangnya mengocok batang kemaluannya sendiri di depan Anisa, sungguh mesum.
“Emangnya kalian apa yang dari kemarin gak mandi, bau gitu badannya.. tambah dekil aja tuh badan kalian.. hihi”
“Biarin dekil, yang penting kontol kita bisa puas ngaduk-ngaduk memek tante, hehe…”
“Dasar kalian.. hmm.. kalau ntar tante yang mandiin masih mau nolak?” tawar Anisa menggoda dengan senyum manis.
“Wah.. iya deh kalau gitu tante.. hehe”
“Dasar, kalau itu kalian cepat. Tapi kan kalian berlima, ditambah Niko jadi berenam, ntar malah tante yang jadinya dimandiin peju sama kalian, gak jadi deh..” kata Anisa pura-pura membatalkan mencoba memancing reaksi mereka.
“Yaah.. enak aja gak jadi..” Salah satu dari mereka langsung merundukkan badan Anisa dan menyetubuhi vagina Anisa dari belakang.
“Nggmmhh.. kamu ini.. main tusuk.. ajah..” kata Anisa pura-pura kesal ke remaja itu, tapi ia tetap menikmati perlakuannya. Pria itu dengan wajah kenikmatan menggenjot vagina Anisa dari belakang dengan posisi berdiri, tangannya juga bermain di buah dada Anisa meremas-remasnya sesuka hatinya, yang tentu saja membuat air susu Anisa lagi-lagi terbuang percuma.
“Tante.. Windynya kok gak marah ya mamanya kita entotin kasar gini? Hehe..” kata orang yang sedang menggenjot Anisa ini karena menyadari ternyata Windy melihat ke arah mamanya yang sedang disetubuhi itu. Mungkin Windy heran air susu mamanya yang jadi makanannya selama ini malah dibuang-buang gitu. Tapi Anisa malah tertawa karenanya dan tetap membiarkan tangan liar remaja tersebut tetap di dadanya.
“Huu.. tau dari mana kalian, Windynya marah tuh.. iya kan cayang? Masa mama.. kamu dientotin gini? Ayo Windy marahin mereka.. ayo.. kalau perlu aduin mereka ke Papa.. hihi” lagi-lagi Windy yang tidak mengerti apa yang dikatakan mamanya itu hanya bisa tertawa karena menganggap mamanya sedang bercanda padanya.
“Ihh.. Windy, kamu kok malah ketawa sih..” kata Anisa pura-pura sebal, para remaja di sana malah ikut tertawa karenanya. Pria ini melanjutkan lagi menyetubuhi istri orang itu dengan buasnya di depan anak-anaknya itu, sedangkan yang lain setia antri menunggu sambil menggerepe-gerepe badan Anisa.
“Cepetan lo kampret, gue udah gak sabar nih ngentotin ni cewek” kata pria disana kasar yang sepertinya sudah tidak sabaran mengantri.
“Berisik lo njing.. gue belum selesai nih pejuin ni memek, pengen gue bikin hamil nih istri orang.. huahaha” balas orang yang menyetubuhi Anisa tidak kalah kasarnya. Memang pergaulan teman-teman Jaka ini sungguh kacau sekali, mereka memang sudah terbiasa berkata kasar begitu dalam kesehariannya. Mereka lebih mirip preman dan berandalan meski status mereka masih pelajar SMA, itu memang karena kebiasaan mereka yang doyan malakin orang, cabut dan tawuran, ditunjang dengan wajah mereka yang sudah ancurnya dari sana.
“Hush.. kalian ini.. nggh.. omongannya kasar dan jorok amat, ntar anak-anak tante terpengaruh.. Niko kamu jangan tiru mereka ya sayang?” kata Anisa tersenyum ke Niko yang dari tadi hanya kebagian melihat saja.
“Huahaha.. baru sadar gue ada dia di sini. Niko, makasih yah nyokap lo.. gue hamilin boleh yah?” boleh dong.. huahaha” Niko hanya diam dengan sedikit nyengir mendengar omongan pria itu.
“Jangan diam aja lo njing!! Jawab!! gue hamilin yah mama lo ini?” tanyanya lagi membentak hingga membuat Niko tersentak kaget.
“Hush.. Jangan kasar gitu ah kamu ke anak tante, tante gak suka.. Niko, ditanyain tuh.. jawab dong sayang..”
“Ngg… b..boleh” jawab Niko yang sebenarnya membolehkan hanya karena ketakutan, Anisa hanya tersenyum kecil mendengar jawaban anaknya.
“Hehe.. gitu dong.. gue bakal bikin mama lo hamil huahaha”
“Enak aja lo yang hamilin, gue mestinya.. udah untung gue ajak lo semua kemari, kalau gak lo pada cuma bisa ngentotin perek murahan” kata Jaka yang tidak mau kalah.
“Hihi.. apa-apan sih kalian, berebutan gitu pengen hamilin tante.. gak pengen sia-siain kesempatan yah kalian? Huuu… berhadapan dulu ya sama Om.. hihi” tentu saja mereka tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, kapan lagi bisa menyetubuhi istri orang secantik Anisa, apalagi sampai memiliki anak dari Anisa.
“Ayok.. mana sini suami tante kita hajar rame-rame.. huahaha” kata mereka yang terdengar sangat menghina.
“Ckckck.. beraninya keroyokan, emang dasar preman kampung kalian.. Udah ah.. lepasin dulu, katanya mau mandi kan?”
“Ntar aja deh tante.. bisa diatur itu.. tapi ntar saya pejuin lagi yah memek tante? Boleh kan Anisa sayang? Hehe..” katanya kurang hajar hanya memanggil nama.
“Tuh kan.. kalian ini memang.. iya-iya, pejuin deh rahim Anisa ini sesuka hati kalian, puas? Dasar.. Kalau Tante beneran hamil dari kalian bisa repot ini, soalnya suami tante gak tahu mesti menghajar siapa di antara kalian? Hihihi..” kata Anisa yang masih saja bercanda tapi tetap nafsuin, membuat remaja yang sedang menggenjot Anisa makin nafsu dan mempercepat adukan penisnya sehingga membuat Anisa merintih-rintih karenanya.
“Ngmmhh.. awhh.. sakit.. duh.. pelan-pelan dong sayang..”
“Oughh.. ahh.. gila, sedap bener nih memek..” racau pria itu. Mereka terus bersenggama dengan hebatnya. Anisa sendiri malah masih tetap berusaha sesekali tersenyum ke bayinya Windy yang masih saja asik memperhatikan dirinya itu, seakan memperlihatkan mamanya yang sedang berselingkuh dan disetubuhi orang dengan kasar ini adalah hal yang biasa.
Dengan masih disetubuhi dari belakang, Anisa lalu bertopang dengan kedua tangannya pada tempat tidur di dekat Windy terlentang, sehingga kini Windy berada persis disebelah mamanya yang sedang disetubuhi dengan kasarnya ini.
“Kamu.. ngghh.. udah pintar ya cayang ngghh.. gak ngangguin mama ngentot lagi.. Udah biasa ya kamu liatin mama ginian? Ngghh.. Sayang banget kamu masih kecil, kalau gak kan bisa ikutan ngewe bareng mereka.. hihi” kata Anisa sambil menggelitik-gelitik badan Windy. Sungguh gila omongan Anisa bicara seperti itu ke anaknya ini.
“Haha.. iya tuh, ntar kamu bisa ngerasain ‘susu kental’ kita kaya mama kamu ini.. cepat gede makanya..” potong pria disana ikut-ikutan.
“Huu.. maunya kalian, mereka nakal yah cayang? Masa udah ngentotin mamanya, kamunya nanti juga mau dientotin.. padahal kan masih belasan tahun lagi.. hihi”
“Gak apa tante.. bakal kita tungguin kok… mamanya aja cantik gini, pasti anaknya juga..”
“Gombal kalian, gak janji ya.. haha”
Pria yang tidak sabar kini ikutan naik ke atas ranjang dan memposisikan penisnya dii depan mulut Anisa, lalu dengan seenaknya memaju mundurkan penisnya ke mulut wanita cantik ini, sehingga Windy kini melihat mamanya disetubuhi depan belakang dari jarak sedekat ini.
“Plop” bunyi mulut Anisa yang melepaskan penis itu.
“Ntar kalau kamu mau semprot di mulut tante bilang-bilang ya.. ntar peju kamu kena Windy, bisa bau peju dia nanti.. hihi” Pria itu hanya tersenyum dan kembali membenamkan penisnya lagi ke mulut Anisa. Anisa kembali disetubuhi depan belakang dengan kasarnya di depan anaknya ini, bahkan saat mulutnya tersumpal penis pun dia juga sering tersenyum melirik ke Windy dan menggelitik-gelitik anaknya itu.
“Tante.. mau keluar.. arrggghh… Terima peju saya tante.. moga hamiil” racaunya.
“Saya juga tante..” kata pria yang menggenjot mulut Anisa. Anisa berusaha agar tetap menahan penis itu di dalam mulutnya sambil melirik tersenyum pada pria di depannya ini.
“Croot.. croott” Sperma pria itu pun keluar dengan banyaknya di dalam mulut Anisa berbarengan dengan yang tumpah di vaginanya. Akhirnya mereka melepaskan penis mereka dari sarang-sarangnya.
“Anyir banget peju kamu, agak kuning lagi.. makan apa sih kamu? ueekk.. mau lihat tante telan juga nih?” kata Anisa setelah menumpahkan sperma itu ke tangannya.
“Iya dong tante, sayang kalo buang-buang”
“Dasar kamu.. nih liat deh” Anisapun memasukkan lagi sperma itu ke mulutnya, memperlihatkan sperma di mulutnya itu dan akhirnya menelannya.
“Ehem.. duh.. Eneg tante nelannya, peju kamu yang paling anyir yang pernah tante telen.. jadi bau gini seruangan, iya kan Windy? Kamu juga kebau kan cayang?”
“Udah? Puas kan kalian?” kata Anisa sambil membersihkan sisa-sisa sperma disela bibirnya.
“Kita belum tante.. “ kata pria lain yang belum dapat bagian.
“Huh.. gak ada habisnya kaliannya.. hihi.. ya udah sini.. langsung sekali tiga aja” tantang Anisa dengan telunjuknya. Merekapun langsung menyerbu Anisa, batang-batang penis mereka yang sudah tegang dari tadi berusaha untuk masuk ke masing-masing lubang Anisa, ketiga lubang Anisa kini kembali dipenuhi penis, dan tetap mereka lakukan di samping Windy!! Suara desahan dan racauan vulgar merekapun terdengar bersahutan. Ya.. Windy masih saja diperdengarkan kata-kata vulgar, diperlihatkan adegan mesum mamanya, bahkan sampai diakrabkan dengan bau peju. Entah apa yang terjadi pada anaknya ini besok.
“Klentanggg!! Klentenggg!!” tiba-tiba suara gaduh dari bawah mengagetkan dan menghentikan aktifitas mesum ria mereka yang sedang asik-asiknya.
….
….
Sore hari itu, suaminya telah berada di depan rumahnya, ia memarkir mobilnya cukup jauh dari rumahnya. Tentu saja istrinya tidak tahu kalau dia sudah pulang sekarang. Dia ingin mengecek keadaan istrinya diam-diam. Dia ingin menjawab keraguan di hatinya saat ini. Dengan perlahan seperti maling dia masuki pekarangan rumahnya sendiri. Dia putuskan untuk mengecek isi rumah dari jendela samping. Tidak ada yang aneh dilihatnya, keadaan di dalam malah tampak begitu sepi seperti tidak ada orang. Apa mereka tidak ada di rumah? Pikirnya.
Namun rupanya terdengar samar-samar suara istrinya dari dalam, ternyata mereka ada di rumah, tapi apa yang sedang dilakukan istriku? Batin Panji karena heran mendengar suara-suara rintihan istrinya tersebut. Tapi untung saja Panji belum berpikir kalau itu adalah suara rintihan istrinya yang sedang kenikmatan disetubuhi.
“Klentangggg!! Klentenggg!!” tanpa sengaja dia menendang tumpukan kaleng bekas minuman soda yang ada disana.
“Sial, bikin kaget” batin Panji.
Dia lalu memutuskan untuk memasuki rumah melalui pintu depan dengan kunci duplikat yang dia miliki. Dia masih melakukannya perlahan. Tetapi di dalam sini memang begitu sepi, apa mereka sedang di kamar? Pikirnya lalu mulai menuju kamarnya di lantai atas.
“Duaaagggh” tiba-tiba sebuah benda tumpul menghantam kepalanya dengan keras dari belakang. Telinganya berdenging. Perlahan Panji merasa semuanya menjadi gelap, seketika dia jatuh dalam pingsannya.
….
….
Panji akhirnya tersadar beberapa jam kemudian. Sosok istrinya lah yang pertama dia lihat.
“Sayang.. udah bangun?” terdengar suara istrinya. Saat dia mencoba bangkit kepalanya masih terasa begitu sakit hingga dia mengurungkan niatnya untuk bangkit.
“Awwhh..”
“Masih sakit yah Pa? itu tadi teman Niko yang pukul.. dia kira Papa maling. Papa sih masuk rumah kaya gitu..”
“Kenapa sih Pa masuk diam-diam gitu? Papa curiga ya mama macam-macam di belakang Papa?” Panji merasa malu sekaligus merasa bersalah mendengar perkataan istrinya itu. Kenapa dia melakukan sampai sejauh ini, tidak mungkin istrinya berselingkuh di belakangnya bukan? Kata hati Panji.
“Papa tidur aja dulu.. masih sakit kan?” tawar Anisa. Panji senang istrinya begitu perhatian pada dirinya. Istrinya tidak tampak seperti mengkhianati dirnya. Maafkan Papa ma, berperasangka buruk padamu, batin Panji dalam hati. Panjipun melanjutkan istirahatnya dengan perasaan lega dan yakin kalau istrinya memang benar-benar setia padanya.
“Ma.. maaf yah..” kata Panji pelan sebelum memejamkan matanya. Istrinya hanya tersenyum manis mendengar perkataan maaf suaminya. Ya.. hanya tersenyum manis. Suaminya masih belum mengetahuinya, dan tadi itu benar-benar hampir ketahuan. Bahkan gilanya saat Panji pingsan tadi para remaja tersebut masih sempat-sempatnya menyetubuhi Anisa, tentu saja karena mereka merasa tanggung. Terpaksa Anisa layani mereka dulu diam-diam sampai mereka akhirnya mau juga pulang.
……
…...
Tapi malam itu Panji terbangun dari tidurnya, ia tidak menemukan istrinya disebelahnya. Dia lihat jam telah menunjukkan pukul satu malam. Dia memutuskan untuk mengecek keberadaan istrinya walau kepalanya masih terasa sedikit sakit, dia tidak menemukan Anisa di kamar mandi dalam kamarnya. Dia lalu melanjutkan memeriksa keluar kamar. Rasa curiga yang sempat hilang kini datang kembali. Tapi dia berharap dia salah lagi kali ini. Dia lihat lampu kamar Niko masih menyala jam segini, apa istrinya ada di sana? pikirnya. Dia putuskan menuju kamar anaknya tersebut. Pintu kamar Niko tampak tidak tertutup sempurna, memberinya cukup ruang untuk dapat mengintip ke dalam.
Deggh!!!
Apa yang dilihat oleh Panji betul-betul tidak dapat dia percayai. Istrinya hanya mengenakan celana dalam bersimpuh di depan anaknya. Tubuh putih indahnya hampir terpampang seluruhnya di depan anaknya. Tampak Anisa sedang menggenggam penis anaknya itu, mengocoknya perlahan dengan lembut sambil tersenyum ke arah Niko. Darah Panji berdesir melihat Anisa melakukan hal tersebut ke anaknya.
Anisa lalu menjepitkan penis Niko di belahan payudara montoknya, membiarkan anaknya menggoyangkan pinggulnya di sana. Tampak penis Niko gergesekan dengan nikmatnya hilang timbul di antara jepitan buah dada Anisa.
“Enak sayang?” kata Anisa dengan mengerlingkan matanya ke Niko.
“Enak mah.. oughh”
“Hihi.. nih mama tambahin” Anisa kemudian meremas buah dadanya sendiri, sehingga tampak cairan susunya merembes membasahi penis anaknya dan dadanya sendiri. Memberikan mata anaknya sebuah pemandangan yang begitu luar biasa.
Apa-apaan ini? Panji yang melihat hal tersebut betul-betul tidak percaya. Itukah yang dilakukan istriku saat aku tidak di rumah? Geramnya. Ingin sekali dia melabrak mereka, tapi tunggu, tidak hanya Niko seorang di sana, ternyata ada satu orang lagi. Ya.. Jaka, teman anaknya itu juga berada di sana. Kini giliran Jaka yang mendapatkan kenikmatan di-titjob oleh Anisa. Memberikan Jaka kenikmatan seperti yang didapatkan Niko tadi.
“Buruan tante.. udah gak tahan..” pinta Jaka tidak sabaran.
“Hihi.. gak sabar yah kamunya? bentar, masih belum.. sini masukin penis kamu ke mulut tante” tanpa menunggu disuruh dua kali Jaka segera membenamkan penisnya ke dalam mulut Anisa. Hati Panji begitu sakit menyaksikan ini, melihat bocah itu dengan seenaknya menggenjot mulut istrinya. Tampak bibir tipis istrinya mengapit batang hitam Jaka dengan rapatnya. Goyangan pinggul Jaka semakin kencang memompa mulut Anisa, lalu dengan menahan kepala Anisa dengan tangannya Jaka coba memasukkan seluruh batangnya sampai mentok ke kerongkongan Anisa. Panji pikir istrinya bakal kewalahan menerima batang penis itu, tapi dengan mulut penuh penis Anisa malah tampak berusaha tersenyum melirik ke Jaka, lalu…….
Senin, 02 September 2024
kisah anisa ibu yang nakal part 2
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1446 H/2025 M
DARI ADMIN MENGUCAPKAN SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1446 H/2025 M MOHON MAAF LAHIR & BATIN

-
Anisa, Ibu Nakal .. “Ma.. Pa.. Niko berangkat dulu” Kata Niko pamit mencium tangan ke dua orang tuanya. “Iya.. hati-hati yah sayang..” kat...
-
Disclaimer Ini hanya cerita fiktif, tidak ada maksud untuk menyinggung siapapun. Kesamaan nama hanya sebuah kebetulan semata. Segala adega...
-
Esok hari, lagi-lagi Jaka tidak terlihat di sekolah. Niko yang menyadari bahwa Jaka pasti berada di rumahnya seakan tidak dapat berbuat apa-...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar